BAGO, KOMPAS.TV - Kebencian rakyat Myanmar terhadap polisi yang terus membunuhi demonstran tampaknya telah memuncak.
Mereka bahkan menolak untuk membantu memakamkan polisi yang meninggal saat unjuk rasa antikudeta.
Penolakan itu hadir saat Kapten Kyaw Naing Oo yang tewas di usia 37 tahun ingin dimakamkan di Pemakaman Sinpyukwin, Bago, Myanmar Selasa (16/3/2021).
Baca Juga: Dua Pria Pakistan Dijatuhi Hukuman Mati Seusai Perkosa Perempuan Prancis di Depan Anaknya
“Polisi meminta agar pelayanan pemakaman ikut membantu penguburan, tetapi mereka semua menolaknya,” ujar salah seorang penduduk Bago kepada The Irrawady.
Penduduk lainnya, mengungkapkan bahwa pemakaman itu sendiri akhirnya berjalan sembunyi-sembunyi.
Para polisi menggunakan jalan pintas Bago menuju ke pemakaman, bukan Jalan Pagoda Shwethalyaung, yang bisa digunakan untuk pemakaman.
Baca Juga: Walau Sempat Panas, Amerika Serikat dan China Nyatakan Dialog Berjalan Konstruktif dan Bermanfaat
"Mereka tak menggunakan jalan yang normal ke pemakaman, kemungkinan karena mereka curiga dengan masyarakat. Ada masalah antara mereka dengan masyarakat yang tak terlihat,” katanya.
Kapten Kyaw Naing Oo meninggal saat sejumlah polisi lainnya melakukan tekanan dan tindak kekerasan kepada demonstran pelajar di Ponnasu, 14 Maret lalu.
Menurut Kepolisian Bago, Kapten Kyaw Naing Oo mengabdi di kantor kepala polisi regional dan tewas karena luka dalam.
Baca Juga: Setengah dari Seluruh Orang Dewasa di Inggris Telah Terima Dosis Pertama Vaksin Covid-19
Detail lainnya, saat ini masih belum diketahui. Di Bago sendiri, sejak kudeta Myanmar yang dilakukan junta militer, tujuh orang telah tewas.
Salah seorang di antaranya adalah perempuan. Demonstrasi di Myanmar menentang kudeta junta militer masih terus bergolak.
Diperkirakan lebih dari 200 orang merenggang nyawa atas tindakan repesif dan brutal yang dilakukan oleh polisi dan militer Myanmar.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.