DAR ES SALAAM, KOMPAS.TV - Samia Suluhu Hassan adalah seorang wanita Muslim yang bersuara lembut yang maju dari peran tidak jelas sebagai wakil presiden dan kini menjadi pemimpin wanita pertama Tanzania setelah kematian mendadak presiden sebelumnya, John Magufuli, seperti dilansir AFP, Kamis, (18/03/2021)
Di bawah konstitusi, Samia yang berusia 61 tahun, wakil presiden negara itu, akan menjalani sisa masa jabatan lima tahun kedua Magufuli hingga 2025.
Seorang mantan pegawai kantor dan petugas pembangunan, Hassan memulai karir politiknya pada tahun 2000 di wilayah asalnya Zanzibar, sebuah negara kepulauan semi-otonom, sebelum terpilih menjadi anggota majelis nasional di Tanzania daratan dan ditugaskan di posisi senior sebagai menteri negara.
Baca Juga: Presiden Tanzania Meninggal Dunia, Semasa Hidup Mengingkari Covid-19
Sebagai pendukung partai yang berkuasa, dia naik pangkat sampai dipilih oleh Magufuli sebagai pasangannya dalam kampanye pemilihan presiden pertamanya pada tahun 2015.
Dalam pemilihan berikutnya, partai CCM Chama Cha Mapinduzi menang dengan nyaman dan Hassan membuat sejarah ketika dilantik sebagai wakil presiden wanita pertama di negara itu.
Pasangan itu terpilih kembali Oktober tahun lalu dalam pemilihan yang dituding oposisi dan dilihat pengamat independen dinodai oleh ketidakberesan.
Dia kerap mewakili Magufuli dalam perjalanan ke luar negeri tetapi banyak orang di luar Tanzania belum pernah mendengar tentang Hassan sampai dia muncul di televisi nasional mengenakan jilbab hitam untuk mengumumkan Presiden Magufuli meninggal pada usia 61 tahun setelah sakit yang singkat.
Dalam pidatonya yang lambat dan lembut - sangat kontras dengan retorika gemuruh yang disukai oleh pendahulunya - Hassan dengan sungguh-sungguh menyatakan 14 hari berkabung.
Dia mengatakan akan berkonsultasi dengan CCM atas pengangkatan wakil presiden baru.
Baca Juga: Presiden Tanzania Menghilang Secara Misterius, Pernah Sebut Tak Percaya Covid-19
Tahan nafasmu
Para pengamat mengatakan Samia Saluhu Hassan akan menghadapi tekanan awal dari sekutu kuat Magufuli di dalam partai, yang mendominasi intelijen dan aspek kritis lainnya dari pemerintah, dan akan mencoba dan mengarahkan keputusan dan agenda Saluhu.
"Bagi mereka yang mengharapkan pemisahan dari cara Magufuli, saya akan meminta mereka untuk menahan napas," kata Thabit Jacob, seorang peneliti di Roskilde University di Denmark dan ahli tentang Tanzania.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.