BRUSSELS, KOMPAS.TV – Seorang uskup Belgia mengecam Vatikan atas keputusan Gereja Katolik tidak akan memberkati persatuan sesama jenis karena Tuhan “tidak dapat memberkati dosa”.
Uskup Antwerp, Johan Bonny menulis opininya dalam harian Belgia De Standaard pada Rabu (17/3/2021) bahwa ia merasa “malu atas gerejanya” dan “ketidakpahaman intelektual dan moral” setelah Paus Fransiskus menyetujui respon “negatif” atas pertanyaan tentang apakah pendeta Katolik memiliki otoritas untuk memberkati persatuan sesama jenis. Tanggapan resmi Vatikan menyatakan, “Tuhan tidak dan tidak dapat memberkati dosa.”
Bonny, yang menjadi bagian dari sinode Vatikan 2015 tentang pernikahan dan keluarga, mengatakan, “Saya ingin meminta maaf pada semua yang merasa bahwa keputusan ini menyakitkan dan tidak dapat dipahami.”
Baca Juga: Paus Fransiskus Dukung Homoseksual, Vatikan Konflik Internal
Konferensi uskup Belgia mendukung keprihatinan Bonny, dan menyatakan bahwa kaum LGBT dan keluarga mereka memandang keputusan Vatikan ini “sungguh menyakitkan luar biasa”. Konferensi itu mendesak semua orang untuk bekerja sama dalam “iklim penghormatan, pengakuan dan persatuan.”
Keputusan Vatikan menyenangkan kaum konservatif, dan sebaliknya melemahkan pendukung kaum LGBT Katolik. Keputusan itu juga kian memperumit debat dalam Gereja Katolik Jerman, yang berada di garis depan dalam membuka diskusi terkait isu-isu penting seperti ajaran Katolik tentang homoseksualitas.
Bonny menyatakan kekecewaannya atas tingkat argumen yang mengalir melalui catatan dari kantor ortodoksi Vatikan, Kongregasi untuk Doktrin Iman.
Baca Juga: Vatikan: Vaksin yang Dikembangkan Dengan Jaringan Sel Janin Hasil Aborsi Secara Moral Dapat Diterima
“Secara intelektual, argumen ini bahkan tidak mencapai tingkat SMA. Argumen macam ini, logikanya, Anda bisa langsung melihatnya. Pada masa sekarang ini, Anda tidak bisa meyakinkan orang dengan argumen semacam itu,” ujar Bonny seperti dikutip dari Associated Press.
Catatan Kongregasi membedakan antara pemberkatan persatuan sesama jenis, dan penyambutan serta pemberkatan gereja terhadap kaum gay yang didukungnya. Catatan itu berpendapat, persatuan semacam itu bukan merupakan rencana Tuhan, dan pengakuan sakramental apapun terhadap mereka dapat disalahartikan sebagai pernikahan.
Vatikan berpegang bahwa kaum gay harus diperlakukan dengan bermartabat dan penuh hormat, namun hubungan seksual kaum gay disebut sebagai “penyimpangan mendasar”. Ajaran Katolik mengatakan bahwa pernikahan merupakan persatuan seumur hidup antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang merupakan bagian dari rencana Tuhan dan dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan baru.
Baca Juga: Paus Fransiskus Dukung Homoseksual dalam Film Dokumenter Francesco
Dokumen kantor ortodoksi berpendapat, persatuan sesama jenis tidak dapat diberkati oleh Gereja Katolik karena bukan merupakan bagian dari rencana tersebut.
“Tuhan tidak dan tidak dapat memberkati dosa: Dia memberkati pendosa, agar ia dapat mengakui bahwa ia merupakan bagian dari rencana cintaNya dan mengijinkan dirinya diubah olehNya,” demikian bunyi catatan tersebut.
Bonny juga menyebut bahwa “dosa merupakan salah satu kategori teologis dan moral yang paling sulit didefinisikan, dan merupakan salah satu yang terakhir disematkan pada orang-orang dan cara mereka hidup bersama.”
Pada tahun 2003, Kongregasi Untuk Doktrin Iman pernah mengeluarkan keputusan serupa yang menyatakan bahwa penghormatan gereja terhadap kaum gay “tidak dapat mengarah pada persetujuan perilaku homoseksual atau pengakuan hukum atas persatuan homoseksual.”
Belgia secara historis merupakan negara Katolik Roma yang memiliki ikatan kuat dengan Vatikan. Namun, jumlah pemeluk Katolik dan kehadiran umat pada misa-misa gereja terus menyusut selama beberapa dekade belakangan.
Gereja-gereja besar dan kecil memenuhi seluruh penjuru Belgia. Namun, jumlah kematian umat Katolik hampir selalu melebihi jumlah mereka yang dibaptis.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.