Kerusuhan berhenti pada Sabtu (6/3/2021). Namun, kelompok oposisi, termasuk partai Pastef menyerukan protes tiga hari lagi mulai Senin (8/3/2021). Mereka mendesak masyarakat untuk "turun ke jalan secara besar-besaran".
Pada Senin ini juga Sonko mesti menghadiri persidangan soal tuduhan tuduhan pemerkosaan.
Antrian panjang mengular di pom bensin dan pasar. Masyarakat ramai-ramai membeli bensin dan memborong bahan makanan pada hari Minggu (7/3/2021) menjelang demo besar-besaran mulai Senin.
Kementerian Pendidikan Senegal mengatakan, sekolah akan tutup hingga Senin minggu depan tanggal 15 Maret.
Macky Sall sendiri belum membahas ketegangan ini di depan publik. Alioune Badara Cisse, anggota ombudsman pemerintah Senegal, utamanya Presiden Sall tampil ke depan publik.
“Rakyat Senegal ingin mendengar Anda. Mengapa iblis, tidak maukah kamu berbicara dengan mereka?” kata Cisse pada konferensi pers di Dakar, Minggu (7/3/2021), dikutip dari Al Jazeera.
“Lakukan sebelum terlambat,” tambah Cisse, yang sebelumnya menjabat sebagai menteri luar negeri di bawah Sall.
Sebagai ombudsman, Cisse berperan menengahi lembaga-lembaga pemerintah dan melindungi hak asasi manusia.
Sementara itu, Liga Imam dan Penceramah Senegal menyerukan pembebasan Sonko dan masyarakat "kembali tenang".
Protes dan kerusuhan ini muncul di tengah ketidakpastian apakah Sall akan maju dalam pemilihan presiden untuk masa jabatan periode ketiga.
Baca Juga: Viral, Aksi Kekejaman Polisi Myanmar Saat Menganiaya Seorang Pria
Presiden Senegal sebelumnya hanya bisa menjabat untuk dua periode berturut-turut. Namun, Sall meluncurkan referendum konstitusional pada tahun 2016. Beberapa pihak khawatir Sall akan memanfaatkannya untuk mencalonkan diri lagi.
Fenomena ini juga terjadi di negara-negara Afrika Barat lain. Alpha Conde, Presiden Guinea dan Alassane Ouattara, Presiden Pantai Gading telah menggunakan perubahan konstitusional untuk memenangkan masa jabatan ketiga.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.