KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV – Anggota keluarga dari penumpang dan awak pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang, berkumpul untuk memperingati 7 tahun hilangnya pesawat tersebut, Minggu (7/3/2021).
Grup yang bernama Voice370 ini menegaskan kembali tuntutannya agar pencarian dilanjutkan, dan agar semua data radar militer sejak hari itu dirilis untuk penyelidikan independen.
"Kami mendesak pemerintah Malaysia untuk merilis semua data radar militer, dari tanggal 7 dan 8 Maret, bahkan dengan basis non-disclosure, untuk penyelidikan independen, sehingga kami dapat menghilangkan semua keraguan dari setiap pergerakan pesawat, yang hingga kini tidak kami ketahui," ujar Grace Nathan, salah satu keluarga korban Malaysia Airlines MH370, seperti dikutip dari the Associated Press.
Pesawat Malaysian Airlines MH370 menghilang dengan 239 orang di dalamnya pada 8 Maret 2014, saat terbang dari Kuala Lumpur ke Beijing.
"Kami tidak dapat menggunakan Covid-19 sebagai alasan untuk berhenti. Sebelumnya kami telah melalui begitu banyak pemerintahan dan begitu banyak menteri perhubungan," kata Jacquita Gomes, yang juga merupakan keluarga korban.
Upaya bersama oleh Australia, China, dan Malaysia dihentikan pada Januari 2017 setelah dua tahun dilakukan pencarian bawah air di Samudra Hindia bagian selatan. Pencarian ini merupakan pencarian terbesar dalam sejarah penerbangan.
Upaya eksplorasi lain pada Mei 2018, yang dipimpin oleh US Ocean Infinity, juga gagal menemukan lokasi jatuhnya pesawat.
Sebuah laporan investigasi independen yang dipimpin Malaysia yang dirilis pada Juli 2018, menunjukkan adanya penyimpangan dalam tanggapan pemerintah dan meningkatkan kemungkinan adanya intervensi oleh pihak ketiga.
Laporan itu mengulangi pernyataan Malaysia, bahwa pesawat itu sengaja dialihkan dan diterbangkan selama lebih dari tujuh jam setelah memutuskan komunikasi.
Namun bagaimana pun, penyelidik mengatakan penyebab hilangnya pesawat tidak dapat ditentukan sampai bangkai pesawat dan kotak hitam pesawat ditemukan.
Tetapi dalam laporan dikatakan, tidak ada bukti perilaku abnormal atau adanya stres yang dialami kedua pilot, yang menimbulkan kemungkinan mereka melakukan pembajakan pada pesawat.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.