BAGHDAD, KOMPAS.TV - Pemimpin Katolik Dunia, Paus Fransiskus mencela ekstremisme sebagai sebuah pengkhianatan terhadap agama.
Hal itu diungkapkannya dalam kunjungannya di Kota Kuno Ur, yang menjadi tempat kelahiran Nabi Ibrahim, yang merupakan utusan Tuhan baik di Yahudi, Kristen dan Islam.
Selain ekstrimisme, Paus juga menegaskan permusuhan dan kekerasan juga masuk ke dalam kategori yang sama.
Baca Juga: Penyebaran Covid-19 di Tingkat Lokal Terkendali, Brunei Darussalam Longgarkan Pembatasan Sosial
“Kami sebagai umat kepercayaan tak bisa diam saja ketika teroris menyakiti agama,” tutur Paus dikutip dari BBC, Sabtu (6/3/2021).
“Memang, kami dipanggil dengan tegas untuk menghilangkan kesalahpahaman. Mari kita tak membiarkan cahaya surga dibayangi oleh awan kebencian,” tambahnya.
Baca Juga: Keanehan di Kebun Binatang China Viral, Kandang Serigala Tetapi Diisi Anjing
Paus juga menambahkan bagaimana komunitas kepercayaan Yazidi berduka dengan kematian banyak pria, dan menjadi saksi mata dari ribuan wanita, gadis dan anak-anak dijual sebagai budak oleh ISIS.
Mereka juga menjadi subyek dari kekerasan fisik serta pemaksaan dari perubahan agama.
Paus Fransiskus melakukan kunjungan empat hari ke Irak, sejak Kamis (4/3/2021).
Baca Juga: Survei Menyebut Banyak Orang Rusia Percaya Virus Corona Adalah Senjata Biologi
Paus mengungkapkan kunjungan ini sebagai perjalanan suci. Dia pun menemui pemimpin Syiah, Ayatollah Ali Al-Sistani dalam kunjungannya.
Irak sendiri kerap dihantam masalah perbedaan agama dan sektarian, seperti pesaingan Syiah dan Sunni.
Selain itu pihak minoritas seperti Kristen dan Yazidi kerap menjadi sasaran tekanan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.