YANGON, KOMPAS.TV – Telenor Myanmar, yang merupakan bagian dari Norwegian Telenor Group, mengatakan akan mematuhi arahan dari Kementerian Komunikasi Myanmar untuk memblokir Facebook di negara tersebut.
Seperti dikutip dari the Associated Press, mereka mengatakan akan mematuhi arahan ini, meski khawatir perintah itu akan melanggar hak asasi manusia.
“Penyedia telekomunikasi di Myanmar telah diperintahkan untuk memblokir Facebook sementara. Kami mendesak pihak berwenang untuk memulihkan konektivitas sehingga orang-orang di Myanmar dapat berkomunikasi dengan keluarga dan teman serta mengakses informasi penting, ”kata juru bicara Facebook seperti dikutip dari the Associated Press.
Baca Juga: Kudeta Myanmar: Junta Militer Blokir Facebook Untuk Bungkam Perlawanan
Pemerintah militer Myanmar telah memblokir akses warga pada Facebook, karena rakyat mulai melakukan perlawanan terhadap kudeta yang dilakukan pada Senin (1/2/2021).
Facebook merupakan sosial media yang sangat populer di Myanmar. Bahkan pemerintah yang digulingkan biasanya membuat pengumuman publik di situs media sosial ini.
Pengguna internet mengatakan gangguan akses pada Facebook sudah dimulai sejak Rabu (3/1/2021) malam.
Partai politik yang digulingkan dan para aktivis di Myanmar telah menyerukan kampanye pembangkangan sipil untuk menentang kudeta. Di barisan depan adalah personel medis, yang telah menyatakan bahwa mereka tidak akan bekerja untuk pemerintah militer dan yang sangat dihormati atas pekerjaan mereka selama pandemi virus corona.
Baca Juga: Kudeta Myanmar, Aung San Suu Kyi Ditahan Polisi karena Langgar Hukum Ekspor Impor
Pada hari Rabu, penduduk di Yangon kembali menyuarakan protes mereka untuk kedua kalinya. Mereka memukul panci dan wajan serta membunyikan klakson mobil di bawah kegelapan malam. Protes yang terjadi baru-baru ini, telah menghidupkan kembali lagu yang terkait erat dengan pemberontakan tahun 1988 yang gagal untuk melawan kediktatoran militer.
Myanmar berada di bawah kekuasaan militer selama lima dekade setelah kudeta tahun 1962. Lima tahun Suu Kyi sebagai pemimpin Myanmar, merupakan periode paling demokratis di negara ini.
Video yang diposting di media sosial memperlihatkan tenaga medis yang ternyata menyanyikan lagu "Kabar Makyay Bu" - atau "Kami Tidak Akan Puas Sampai Akhir Dunia" - yang dinyanyikan dengan melodi lagu "Dust in the Wind," Lagu tahun 1977 yang dibawakan oleh grup rock AS Kansas.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.