YANGON, Myanmar (AP) - Puluhan orang di kota terbesar Myanmar, Yangon, membunyikan klakson mobil dan memukul panci serta wajan, Selasa (2/2/2021). Aksi ini merupakan perlawanan publik pertama untuk memprotes kudeta yang dipimpin militer negara itu sehari sebelumnya.
Aksi yang awalnya direncanakan berlangsung hanya beberapa menit, diperpanjang menjadi lebih dari seperempat jam di beberapa kawasan di Yangon. Warga berteriak dan berseru agar pemimpin yang ditahan, Aung San Suu Kyi, dalam keadaan sehat. Mereka juga menyerukan agar Aung San Suu Kyi dibebaskan.
“Memukul genderang dalam budaya Myanmar seperti kita mengusir setan,” kata salah satu peserta yang menolak menyebutkan namanya, seperti dikutip dari the Associated Press.
Baca Juga: Terjadi Kudeta Militer, Presiden Myanmar Win Myint dan Aung San Suu Kyi Ditahan
Beberapa kelompok prodemokrasi sempat meminta masyarakat membuat keributan pada pukul 20.00. untuk menunjukkan penentangan mereka terhadap kudeta.
Seorang politisi senior dan orang kepercayaan dekat Suu Kyi juga mendesak warga untuk menentang militer melalui pembangkangan sipil.
Win Htein, pemimpin Partai Liga Nasional (NLD) membuat pernyataan dari kantor partai partai tersebut di Naypyidaw.
“Kutukan kudeta berakar di negara kita, dan inilah alasan mengapa negara kita masih tetap miskin. Saya merasa sedih dan kesal untuk sesama warga kita dan untuk masa depan mereka, ”kata mantan tahanan politik itu, Selasa (2/2/2021).
"Semua pemilih yang mendukung kami dalam pemilihan umum 2020 harus mengikuti instruksi Aung San Suu Kyi untuk melakukan pembangkangan sipil," katanya.
Baca Juga: AS Tinjau Langkah yang Akan Diambil Untuk Myanmar dan Rusia
Militer mulai mencabut pembatasan pada Selasa terhadap ratusan anggota Parlemen yang dikurung di kompleks perumahan pemerintah yang dijaga, dengan pemerintah baru menyuruh mereka kembali ke rumah mereka, kata juru bicara partai Kyi Toe.
Dia mengatakan Suu Kyi dalam keadaan sehat di lokasi terpisah di mana dia ditahan dan akan tinggal di sana untuk sementara waktu. Namun pernyataan ini belum bisa dikonfirmasi.
Kudeta di Myanmar terjadi ketika anggota parlemen berkumpul di ibu kota untuk pembukaan sesi parlemen baru. Militer mengatakan penyitaan itu perlu karena pemerintah tidak menindaklanjuti klaim penipuan militer yang tidak berdasar dalam pemilihan bulan November lalu, di mana partai Suu Kyi memenangkan mayoritas kursi. Mereka mengklaim pengambilalihan itu legal berdasarkan konstitusi. Langkah itu dikutuk secara luas di luar negeri.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.