WUHAN, KOMPAS.TV – Tim ahli dari World Health Organization (WHO) kini telah menyelesaikan masa karantina dan segera bekerja untuk mengungkap asal usul virus corona di Wuhan, yang telah menyebabkan pandemi di seluruh dunia. Bersamaan dengan kedatangan tim WHO ini, keluarga korban virus corona di Wuhan menyatakan, pihak berwenang di China menghapus grup media sosial mereka dan meminta mereka untuk diam.
Seperti dikutip dari the Guardian, keluarga korban virus corona di Wuhan tergabung dalam grup di platform media sosial WeChat. Sekitar 80 hingga 100 orang anggota keluarga korban tergabung dalam grup ini. Namun tiba-tiba sekitar 10 hari lalu, grup yang mereka bentuk dihapus tanpa penjelasan.
Zhang Hai, salah satu keluarga korban yang tergabung dalam grup tersebut menyatakan, banyak anggota keluarga yang marah karena otoritas China awalnya mengecilkan ancaman virus tersebut ketika wabah pertama kali muncul. Mereka pun berusaha mengajukan tuntutan hukum kepada pemerintah Kota Wuhan.
Baca Juga: Tim Ahli WHO Bertolak ke Wuhan Untuk Lakukan Penelitian Tentang Asal Usul Virus Corona
“Ini menunjukkan bahwa (otoritas China) sangat gugup. Mereka takut jika keluarga-keluarga ini akan menghubungi para ahli WHO, "kata pria berusia 51 tahun itu. Ia menambahkan," Ketika WHO tiba di Wuhan, (pihak berwenang) secara paksa menghilangkan (kelompok itu). Akibatnya kami kehilangan kontak dengan banyak anggota."
Puluhan orang telah bersatu secara online dalam upaya bersama untuk mempertanyakan akuntabilitas pejabat Wuhan, saat menangani wabah Covid-19 yang melanda kota ini setahun yang lalu. Wabah telah menyebabkan lebih dari 4.000 kematian yang tercatat secara resmi di sana.
Banyak keluarga korban yang tidak mempercayai jumlah kematian resmi. Mereka mengatakan, kelangkaan pengujian selama hari-hari awal pandemi yang kacau, menyebabkan banyak orang kemungkinan besar telah meninggal tanpa dipastikan mengidap virus corona.
Keluarga korban mengungkapkan, upaya keluarga untuk meminta pertanggungjawaban, sejauh ini telah digagalkan oleh adanya pemantauan kelompok media sosial dan intimidasi.
Baca Juga: Sudah Selesai Karantina di Wuhan, Tim Peneliti WHO Mulai Selidiki Asal-Usul Virus Covid-19
“Saya berharap para ahli WHO tidak menjadi alat untuk menyebarkan kebohongan. Kami terus mencari kebenaran tanpa henti, Ini adalah tindakan kriminal, dan saya tidak ingin WHO datang ke China untuk menutupi kejahatan ini,” ujar Zhang.
“Jangan berpura-pura bahwa kami tidak ada, bahwa kami tidak mencari pertanggungjawaban,” tambahnya. "Anda telah menghapus semua platform kami, tetapi kami tetap ingin semua orang tahu melalui media bahwa kami belum menyerah."
Sejak awal wabah, China telah mengejar para pelapor dan pihak-pihak yang melontarkan kritik terhadap penanganannya terhadap krisis virus corona.
Ketika tim investigasi WHO tiba di Wuhan pada 14 Januari, otoritas China tampaknya ingin menghindari rasa malu selama kunjungan yang sangat sensitif tersebut.
Misi WHO ini, sebelumnya sempat tertunda berulang kali, karena negosiasi dengan China yang memicu keluhan publik, termasuk dari Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Baca Juga: Jurnalis Warga di China Dipenjara Karena Selidiki Virus Corona di Wuhan
Para ahli WHO keluar dari karantina 14 hari pada hari Kamis (28/1/2021), dan memulai penyelidikan mereka yang diawasi dengan cermat.
Hal ini menunjukkan sensitivitas diplomatik dari misi tersebut. Salah satu anggota tim ahli WHO mengatakan kepada the Guardian awal bulan ini, bahwa penyelidikan tidak dimaksudkan sebagai sarana untuk menyalahkan, tetapi untuk mendapatkan pelajaran yang dapat diambil dalam meneliti asal-usul wabah.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.