KOMPAS.TV – Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan mengupayakan perpanjangan perjanjian kendali senjata nuklir Strategic Arms Reduction Treaty (START) dengan Rusia.
Keputusan menjadi kebijakan Luar Negeri pertama AS setalah Joe Biden terpilih. AS mempercepat diplomasi dengan Rusia sebelum perjanjian START lima tahunan berakhir pada awal Februari 2021.
Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki menyatakan Presiden Joe Biden telah menegaskan perjanjian New START adalah kepentingan nasional Amerika Serikat. Perjanjian ini sebagai langkah awal membangun kembali hubungan AS-Rusia.
Baca Juga: Membahas Dampak Joe Biden Menjadi Presiden AS Terhadap Hubungan dengan Indonesia
Psaki juga mengatakan Biden telah menugaskan intelijen AS untuk menginvestigasi pelanggaran siber Solar Winds, campur tangan Rusia dalam pemilu 2020, penggunaan senjata kimia Rusia terhadap pemimpin oposisi Alexei Navalny dan dugaan pemberian hadiah kepada tentara AS di Afghanistan.
"Kami bekerja dengan Rusia untuk memajukan kepentingan AS, kami juga berupaya meminta pertanggungjawaban Rusia atas tindakannya,” ujar Psaki dilansir Reuters, Jumat (22/1/2021).
Perjanjian pengendalian senjata, yang akan berakhir pada 5 Februari 2021 membatasi Amerika Serikat dan Rusia untuk mengerahkan tidak lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir strategis.
Selain membatasi jumlah senjata nuklir strategis yang dikerahkan ke level terendah dalam beberapa dekade, New START juga membatasi rudal dan pembom darat dan kapal selam yang dapat meluncurkan rudal.
Baca Juga: Joe Biden Pecat Direktur Voice of America dan Wakilnya Yang Bebastugaskan Koresponden VOA Indonesia
Pengamat kebijakan di AS menilai jika perjanjian tersebut berakhir maka semua pembatasan pada penyebaran hulu ledak nuklir strategis AS dan Rusia dan sistem pengiriman tidak berlaku dan memicu perlombaan senjata baru.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.