SEOUL, KOMPAS TV - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Unakan memperluas senjata nuklirnya dan mengatakan nasib hubungan dengan Amerika Serikat bergantung pada apakah negara adidaya musuhan atau bersedia mengubah orientasi kebijakan, demikian dilansir kantor berita Korea Utara KCNA seperti dikutip Associated Press, Sabtu (09/01/2021)
Kim Jong un mengatakan, tidak akan menggunakan senjata nuklirnya kecuali "kekuatan yang memusuhi" berniat menggunakan senjata nuklir kepada Korea Utara.
Kim tegaskan terbuka untuk musyawarah dengan Amerika Serikat bila negara adidaya itu juga berniat untuk musyawarah.
Walau begitu, Kim menekankan negaranya harus terus memperkuat militer dan kapabilitas nuklir untuk mengimbangi sikap bermusuhan Amerika Serikat.
Baca Juga: Kim Jong-un Nyatakan Akan Bina Hubungan Baik dengan Dunia Luar
Pernyataan Kim itu keluar dalam Kongres Partai Pekerja yang saat ini berkuasa di Korea Utara, dan dipandang bermaksud memberi sinyal kepada pemerintahan Joe Biden yang akan mulai memerintah pada 20 Januari nanti.
Sebelumnya Joe Biden menyebut Kim sebagai seorang penjahat dan mengkritik pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong un.
KCNA mengutip Kim Jong Un melaporkan, "kunci membangun hubungan yang baru antara (Korea Utara) dan Amerika Serikat adalah bila negara adidaya itu mengubah kebijakan permusuhannya,"
Kim kembali menegaskan bahwa Amerika Serikat saat ini tetap merupakan musuh utama negaranya.
Baca Juga: Akui Gagal Laksanakan Program, Kim Jong-Un Minta Kongres Partai Pekerja Susun Rencana Baru
"Siapapun yang jadi presiden di AS, sifat dasar dan sikap permusuhannya tidak akan pernah berubah," tutur Kim
Biden yang akan menjadi presiden 20 Januari nanti tampaknya tidak akan menggelar pertemuan langsung dengan Kim, kecuali pemimpin Korea Utara itu mengambil langkah signifikan untuk denuklirisasi.
Kim tidak menyitir tindakan provokatif apapun dari AS. Sebelumnya, Korea Utara selalu menyebut kehadiran militer AS dalam latihan militer bersama Korea Selatan adalah bukti sikap permusuhan.
Persisnya, Korea Utara menganggap latihan militer AS dan Korea Utara sebagai latihan penyerbuan, walau kedua sekutu itu berulang kali menolak anggapan tersebut.
Baca Juga: Anggrek Pemberian Soekarno Simbol Persahabatan Indonesia dan Korea Utara
Kim Jong un pada konferensi itu memaparkan daftar sistem senjata canggih yang katanya sedang dikembangkan.
Senjata-senjata itu termasuk peluru kendali dengan hulu ledak berganda, rudal nuklir yang diluncurkan di bawah air, rudal jarak jauh berbahan bakar padat dan satelit mata-mata.
Kim mengatakan Korea Utara juga harus meningkatkan kemampuan presisi peluru kendali pada target dalam jarak serangan 15.000 kilometer, referensi yang jelas ke daratan AS, dan mengembangkan teknologi untuk memproduksi hulu ledak nuklir yang lebih kecil untuk dipasang dengan mudah pada rudal jarak jauh
“Tidak ada yang lebih bodoh dan berbahaya dibanding tidak memperkuat kekuatan kita, sementara kita berpuas diri pada saat kita dengan jelas melihat musuh meningkatkan senjata canggihnya,” kata Kim.
Baca Juga: Kim Jong-Un Kirimkan Kartu Tahun Baru untuk Rakyatnya, Ucapannya Mengharukan
“Kenyataannya adalah, kita dapat mencapai perdamaian dan kemakmuran di Semenanjung Korea ketika kita terus membangun pertahanan nasional kita dan menekan ancaman militer AS.”
Tidak jelas apakah Korea Utara mampu mengembangkan sistem seperti itu.
Korea Utara adalah salah satu negara paling tertutup di dunia, dan perkiraan status pasti dari program nuklir dan misilnya sangat bervariasi. Pada 2018, pemerintah Korea Selatan mengatakan Korea Utara diperkirakan memiliki hingga 60 senjata nuklir.
“Apa yang ingin mereka sampaikan kepada AS adalah: kami sedang mengembangkan senjata strategis baru. Sudikah anda berunding dengan kami? ” Choi Kang, wakil presiden Institut Asan untuk Studi Kebijakan Seoul, berkata.
Baca Juga: Isi Surat Kim Jong Un untuk Warga Korut di Awal 2021
"Sementara Kim membiarkan pintu terbuka untuk musyawarah, dia mengirim pesan ke Biden bahwa dia bukan mitra (dialog) yang mudah.”
Kongres partai yang berkuasa bersidang untuk pertama kalinya dalam lima tahun. KCNA mengatakan Kim berbicara selama sembilan jam selama pengkajian progra partai dari Selasa hingga Kamis.
Kongres tersebut adalah badan pembuat keputusan utama Partai Pekerja, dan diadakan ketika Kim menghadapi momen terberat dari pemerintahannya sembilan tahun terakhir.
Selama pidatonya di hari pembukaan, Kim menyebut kesulitan itu sebagai "yang terburuk" dan mengakui rencana ekonomi sebelumnya gagal dia laksanakan.
Baca Juga: Ziarah ke Makam Ayahnya, Kim Jong-Un Ditemani Kim Yo-Jong
Dalam komentar lain yang dilaporkan Sabtu, Kim mendesak negaranya untuk membangun ekonomi mandiri yang lebih kuat dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Dia mengatakan tujuan pengembangan lima tahun yang baru akan mencakup lebih banyak investasi di industri logam dan kimia dan meningkatkan produksi barang konsumsi.
Sejak mengambil alih kekuasaan pada akhir 2011, Kim, yang berusia 37 pada hari Jumat, telah mendorong apa yang disebut kebijakan "byungjin" untuk secara bersamaan mengupayakan pertumbuhan ekonomi dan perluasan senjata nuklir untuk efek tangkal.
Baca Juga: Sempat Ingin Dihancurkan Kim Jong-Un, Kawasan Wisata Ini Bakal Jadi Tempat Rekreasi Internasional
Selama pidato minggu ini, Kim mengatakan Korea Utara akan semakin meningkatkan hubungan dengan China, sekutu terbesar dan penyambung hidup ekonominya.
Dia juga mengecam Korea Selatan karena memperburuk permusuhan dengan melanjutkan latihan dengan AS dan memperkenalkan senjata modern.
Kim mengatakan hubungan yang membaik tergantung pada tindakan Korea Selatan.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan menjawab pihaknya tetap berkomitmen untuk membangun perdamaian dan denuklirisasi di Semenanjung Korea, seraya mengatakan pihaknya berharap pembicaraan antara Korea Utara - AS dimulai kembali secepatnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.