WASHINGTON, KOMPAS.TV - Pesan petahana Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dihapus oleh media sosial Facebook, Twitter dan Youtube.
Pesan tersebut dihapus karena dianggap memanaskan para pendukungnya yang telah melakukan demonstrasi menjurus kerusuhan di Gedung Capitol, Rabu (6/1/2021) waktu setempat.
Pada pesannya, Trump memang meminta agar pendukungnya pulang dan tak membuat hurU-hara.
Baca Juga: Biden Sebut Serbuan ke Gedung Capitol oleh Pendukung Trump Sebagai Pemberontakan, Harus Segera Bubar
Namun, presiden berusia 74 tahun tersebut tetap menyuarakan adanya kecurangan dalam Pilpres AS 2020, yang membuatnya gagal mempertahankan kekuasaan.
Hal itu yang kemudian membuat tiga platform media sosial tersebut menghapus pesan Trump.
“Kami menghapusnya karena setelah dilakukan pertimbangan, kami percaya hal itu berkontribusi dalam risiko membuat kekerasan terus terjadi, ketimbang menghentikannya,” bunyi pernyataan Facebook dikutip dari BBC.
Baca Juga: Protes Penyelenggaraan Pemilu, Pendukung Trump Serbu Gedung Capitol
Facebook juga mengecam kekerasan yang terjadi di Gedung Capitol.
“Unjuk rasa yang penuh kekerasan di Capitol sangat memalukan. Kami melarang hasutan dan seruan untuk melakukan kekerasan di platform kami. Kami secara aktif meninjauh dan menghapus konten apa pun yang melanggar peraturan ini,” kata mereka.
Sebelum terjadinya kekerasan di Gedung Capitol, Trump mengatakan kepada pendukungnya di National Mall, Washington, bahwa pemilihan Presiden 2020 telah dicuri.
Baca Juga: Uni Eropa Setujui Vaksin Covid-19 Buatan Moderna, Dapat Segera Digunakan
Ketika kerusuhan dimulai, Trump kembali bersuara melalui Youtube dan kembali menegaskan klaimnya yang tanpa bukti itu.
Hal itu pun ditindak Youtube dengan menarik video tersebut.
“Youtube menariknya karena melanggar kebijakan menyebarkan kecurangan pemilu,” pernyataan dari Youtube.
Baca Juga: Pendukung Trump Protes Anarkis, Trump Ingatkan Untuk Tetap Damai
Twitter sendiri sebelumnya tak menghapus video tersebut, atau menghapus kemampuan untuk retweet, menyukai, atau mengomentarinya.
Namun, mereka kemudian menghapusnya juga dengan komentar-komentar yang lain.
“Kami secara signifikan membatasi keterlibatan dengan Tweet yang diberi label berada di bawah kebijakan Integritas Sipil karena risiko kekerasan,” ujar mereka.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.