LOS ANGELES, KOMPAS.TV – Tahun 2020 ditutup di Amerika Serikat (AS) dengan jumlah kematian akibat virus corona tertinggi. Desember 2020 tercatat sebagai bulan paling mematikan selama pandemi virus corona di AS. Dalam bulan Desember 2020, AS mencatat hampir 78.000 kematian. Para pejabat kesehatan memperingatkan, bahwa kematian lebih banyak akan terjadi pada Januari 2021, meskipun vaksin telah diluncurkan.
Seperti dilansir dari Reuters, pada pekan terakhir Desember 2020 yang berakhir pada 3 Januari, terjadi lebih dari 18.400 kematian karena Covid-19. Jumlah ini menjadikan total kematian karena pandemi sebanyak lebih dari 351.000 kematian, atau satu dari setiap 930 penduduk AS.
Negara itu melaporkan hampir 1,5 juta infeksi baru minggu lalu, atau naik sebanyak 16,5% dari tujuh hari sebelumnya.
Baca Juga: Virus Corona Varian Baru Ditemukan di Negara Bagian California
Banyak pusat pengujian ditutup untuk liburan akhir tahun, yang kemungkinan akan mengurangi jumlah kasus yang dilaporkan pada minggu lalu. Pejabat kesehatan telah memperingatkan, bahwa angka minggu ini mungkin sangat tinggi karena tumpukan data yang terjadi sejak minggu lalu.
Lebih dari 126.000 pasien Covid-19 saat ini berada di rumah sakit, naik 25% dari satu bulan lalu. Meningkatnya jumlah pasien rawat inap, yang mencapai rekor baru hampir setiap hari dalam beberapa pekan terakhir, adalah alasan utama para ahli kesehatan memprediksi peningkatan lebih lanjut dalam kematian dalam beberapa minggu mendatang.
Meskipun ada imbauan untuk tidak berpergian selama libur akhir tahun, namun bandara AS menghitung tak kurang dari 1,3 juta orang berpergian pada hari Minggu. Jumlah ini merupakan angka tertinggi sejak pertengahan Maret 2020.
Arizona, Tennessee dan South Carolina melaporkan kasus paling baru per kapita minggu lalu, menurut analisis Reuters. Dalam hal kematian per kapita, Kansas, Wyoming, dan New Mexico adalah yang paling terpukul minggu lalu.
Menurut data dari Proyek Pelacakan Covid-19 yang dikelola sukarelawan di seluruh AS, tercatat tingkat tes positif setinggi 13,6%. Angka ini naik dari 10,3% jika dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Tingkat tertinggi berada di Iowa pada 64%, Idaho pada 56% dan Alabama pada 47%.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap tingkat tes positif di atas 5% merupakan angka yang mengkhawatirkan, karena menunjukkan ada lebih banyak kasus di masyarakat yang belum terungkap.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Terus Melonjak, Rumah Sakit di California Kewalahan
Akibat tingginya tingkat kematian, rumah duka di Los Angeles, California, harus menolak permintaan anggota keluarga yang berduka untuk pemulasaran jenazah. Rumah duka kehabisan ruang untuk mengurus jenazah yang menumpuk.
"Saya telah berkecimpung di industri pemakaman selama 40 tahun dan tidak pernah dalam hidup saya, saya pikir ini bisa terjadi. Bahwa saya harus memberi tahu keluarga yang berduka, 'Tidak, kami tidak bisa mengurus jenazah anggota keluarga Anda,'" kata Magda Maldonado, pemilik Rumah Pemakaman Continental di Los Angeles, California, seperti dikutip dari the Associated Press.
Rumah Pemakaman Continental kini rata-rata melakukan pemulasaran kepada sekitar 30 jenazah setiap hari. Jumlah ini enam kali lipat lebih tinggi dari jumlah normal. Pemilik kamar mayat saling menelepon satu sama lain untuk mengetahui apakah ada yang bisa menangani luapan jenazah, dan jawabannya selalu sama, kamar jenazah mereka juga sudah penuh.
Untuk mengatasi meningkatnya jenazah, Rumah Pemakaman Continental telah menyewa lemari es tambahan setinggi 15 meter.
Bob Achermann, direktur eksekutif Asosiasi Direktur Pemakaman California, mengatakan bahwa seluruh proses penguburan dan kremasi jenazah berjalan lambat, karena banyaknya jenazah yang harus mereka tangani. Selama waktu normal, proses kremasi bisa dilakukan dalam satu atau dua hari, sekarang dibutuhkan setidaknya satu minggu atau lebih.
Baca Juga: Kasus Rawat Inap di California Diperkirakan akan Melonjak Tiga Kali Lipat
Achermann mengatakan bahwa di bagian selatan negara bagian Californa, semua rumah duka mengatakan, mereka tengah bekerja secepat yang mereka bisa.
"Volumenya luar biasa dan mereka takut tidak akan bisa mengimbanginya. Lonjakan terburuk masih bisa terjadi di depan kita," ujar Achermann.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.