MADRID, KOMPAS.TV – Di tahun 2020, rakyat Spanyol – juga seluruh dunia – melakukan hal-hal ‘normal baru’ yang setahun sebelumnya bahkan tak pernah terbayangkan: membeli roti dalam antrian berjarak, menyaksikan cucu bertumbuh besar lewat layar ponsel, bersorak atas kemenangan tim sepak bola dari jarak ribuan kilometer dari stadion, berkumpul dalam kelompok kecil untuk makan malam yang lebih awal di jam 7 malam, agar bisa selesai sebelum jam malam diberlakukan.
Warga Spanyol, juga dunia, juga kini mafhum bahwa ekspresi pun dapat dilakukan lewat mata, lantaran mulut yang tertutup masker menjadi sebuah kewajiban jika ingin selamat.
Tapi, 2020 juga sebentar lagi akan berakhir, tahun yang dihantui virus tak dikenal yang telah merontokkan nyaris seluruh tatanan sosial masyarakat dunia. Pun, membongkar sebuah sistem yang gagal mencegah banyak kematian.
Associated Press merangkum catatan pandemi Covid-19 di Spanyol berikut ini.
Pada 13 Maret, saat Spanyol mengumumkan kondisi darurat, virus corona sudah duluan merayap masuk selama berminggu-minggu. Semula, sang virus tampaknya masuk ke Spanyol lewat para pelancong dan penggemar sepak bola yang baru saja kembali dari Italia yang sudah lebih dulu terpapar Covid-19. Namun, orang-orang yang meninggal akibat pneumonia di bulan Februari, ternyata terkonfirmasi sudah terpapar Covid-19.
Baca Juga: Spanyol Berlakukan Aturan Pembatasan Sosial Baru Menjelang Libur Akhir Tahun
Dua pekan setelah gelombang kasus penularan Covid-19 pertama mengguncang Eropa, Spanyol segera mencontoh langkah demi langkah yang diambil Italia dalam penanganan Covid-19: memenjarakan orang-orang di dalam rumah dan melumpuhkan perekonomian.
Para politisi terus berkoar-koar bahwa sistem mereka tidak runtuh selama serangan gelombang Covid-19 pertama, meski saat itu Spanyol mencatat 929 kematian dalam sehari. Banyak yang bahkan merasa bangga atas adanya ‘keajaiban’ daya tampung tempat tidur di rumah sakit dan unit-unit gawat darurat dalam menangani wabah mematikan ini.
Tapi coba saja tanyakan apa yang sesungguhnya terjadi pada para tenaga kesehatan Spanyol. Mereka pasti akan bilang: yang jadi tumbalnya adalah para tenaga kesehatan yang terpaksa harus lembur hingga kelelahan dan jatuh sakit dan mengalami guncangan mental.
Sejak berdekade lalu, perawatan kesehatan telah menjadi tulang punggung kesejahteraan rakyat Spanyol. Jika para pejabat tak bisa memperkirakan bahwa pelan tapi pasti, epidemi perlahan bergeser menjadi pandemi, ada sesuatu yang salah di situ. Dan para dokter dan perawat butuh berminggu-minggu hingga bisa menerima peralatan pelindung diri yang memadai.
Baca Juga: Kasus Covid-19 di Spanyol Menurun, Langkah Pembatasan Sosial Dinilai Berhasil
Namun, mungkin aspek yang paling tragis dari semuanya adalah menyadari bahwa masyarakat yang menua dengan cepat ini ternyata tak mampu melindungi kaum manula mereka. Dalam tiga bulan pertama, setidaknya 20.000 manula meninggal di panti jompo. Ya, rumah sakit yang kewalahan telah menolak sosok-sosok renta yang telah berjuang mengeluarkan Spanyol dari isolasi di era diktator Francisco Franco ini. Kontribusi seumur hidup mereka ternyata nyaris tak ada harganya di depan sistem jaminan sosial Spanyol di era pandemi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.