Dunia yang mengalami pembatasan sosial skala besar termasuk Lockdown ternyata menurunkan kadar Karbondioksida atau CO2 sebesar 7%, sebuah penurunan terbesar sepanjang pencatatan sejarah, demikian dilaporkan Associated Press yang mengutip sebuah laporan ilmiah.
The Global Carbon Project, sebuah kelompok terpercaya beranggotakan ilmuwan internasional yang memantau emisi dunia menghitung bahwa dunia menghasilkan 34 miliar metrik ton (37 miliar ton AS) gas buang karbondioksida tahun 2020, turun dari catatan tahun 2019 dimana dunia menghasilkan 36,4 miliar metrik ton.
Angka tersebut diperoleh dari sebuah penelitian yang diterbitkan pada Kamis (10/12/2020) pada jurnal Earth System Sciene Data.
Para ilmuwan mengatakan, penurunan ini karena masyarakat memilih berdiam di rumah, lebih jarang bepergian dengan kendaraan maupun pesawat, namun emisi dunia diperkirakaan akan kembali melonjak setelah pandemi Covid-19 selesai.
Kendaraan darat diperkirakan menyumbang seperlima emisi gas karbondioksida, zat yang dihasilkan manusia dan memicu pemanasan global.
“Tentu, lockdown mutlak bukanlah cara untuk mengatasi perubahan iklim,” tutur Corinne LeQuere, salah seorang penulis laporan ilmiah tersebut yang juga seorang ilmuwan iklim dari University of East Anglia.
Kelompok ilmuwan yang sama beberapa bulan lalu memprediksi penurunan emisi antara 4% hingga 7%, tergantung dari kemajuan Covid-19. Gelombang kedua serangan Covid-19 dan berlanjutnya pelarangan bepergian makin menambah penurunan emisi gas karbon menjadi 7% tutur LeQuere
Emisi gas karbon anjlok sebesar 12% di Amerika Serikat dan 11% di Eropa, namun hanya turun 1,7% di China. Menurut LeQuere, hal itu karena China terlebih dulu menerapkan lockdown dan hanya mengalami sedikit kerepotan akibat gelombang kedua serangan Covid-19.
Selain itu, emisi gas karbon China cenderung lebih bersifat industrial dibanding negara lain, dan industri China tidak terlalu terpengaruh dibanding sektor transportasi.
Penghitungan dalam penelitian itu – yang dibuat berdasarkan laporan rinci penggunaan energy, produksi industrial, dan hitungan pergerakan mobilitas harian – banyak mendapat pujian dan dianggap akurat oleh berbagai kalangan ilmuwan.
Bahkan dengan penurunan emisi gas karbon tahun 2020, dunia setiap harinya secara rata-rata memproduksi 1,185 ton (1,075 metrik ton) karbondioksida ke udara setiap detiknya.
LeQuere lebih jauh mengatakan, angka tahun 2019 yang diterbitkan dalam penelitian yang sama menunjukkan, dari 2018 sampai 2019 emisi gas karbon yang dihasilkan manusia itu naik hanya 0,1%, jauh lebih kecil dari lonjakan tahunan satu atau dua dekade lalu, yaitu sekitar 3%.
Dengan emisi gas karbon yang diperkirakan melonjak setelah pandemic, kalangan ilmuwan bertanya-tanya apakah tahun 2019 merupakan puncak dari polusi karbon.
“Kita pastinya sangat dekat dengan puncak emisi, bila dunia bisa terus bersama,”tutur Direktur Pembangunan PBB Achim Steiner.
Direktur Stanford Woods Instutute for the Environment, Chris Field, memperkirakan emisi karbon akan meningkat setelah pandemi, namun dirinya mengatakan, “Saya optimis bahwa kita, sebagai masyarakat, telah belajar sesuatu yang mungkin membantu penurunan emisi gas karbon di masa depan,”
Contohnya, tambah Field, “saat masyarakat bisa menyelesaikan pekerjaan dari rumah dua hari setiap minggu, atau sadar bahwa mereka sebenarnya tidak perlu sedemikian banyak perjalanan bisnis, kita sagat mungkin akan melihat penurunan emisi yang dihasilkan dari perubahan perilaku,”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.