MISSION, KANSAS, KOMPAS TV – Pada saat Amerika Serikat diambang peluncuran vaksin Covid-19, angka-angka jumlah korban makin suram saja: lebih dari 3,000 warga AS meninggal dalam satu hari, lebih banyak dari korban serangan 11 September dan D-Day atau serbuan AS ke Eropa saat Perang Dunia II.
Associated Press melaporkan, tercatat satu juta kasus positif terkonfirmasi dalam rentang waktu hanya 5 hari, dengan lebih dari 106,000 orang dirawat di rumah sakit.
Krisis di seluruh Amerika Serikat itu mendorong berbagai pusat kesehatan ke titik ambyar, membuat tenaga kesehatan ambruk, banjir air mata, dan secara harfiah mengalami mimpi buruk.
Sejauh ini menurut Associated Press, lebih dari 290,000 orang meninggal di Amerika Serikat saja, dengan lebih dari 15 juta kasus positif terkonfirmasi.
Baca Juga: FDA Amerika Serikat Terbitkan Kajian Positif Tentang Vaksin Covid-19 Besutan Pfizer dan BioNTech
Amerika Serikat mencatat 3,124 kematian pada hari Rabu (09/12/2020), angka kematian tertinggi harian hingga saat ini, menurut Johns Hopkins University. Hingga minggu lalu, angka kematian tertinggi adalah pada 15 April di kota New York dimana saat itu tercatat 2,603 kematian akibat Covid-19.
Jumlah kematian pada hari Rabu itu melewati jumlah kematian yang terjadi saat serbuan di pantai Normandy pada Perang Dunia II, yaitu kematian 2,500 tentara AS dari keseluruhan 4,400 kematian tentara sekutu. Angka hari Rabu juga melampaui jumlah korban tewas saat serangan 11 September, yang mencatat 2,977 korban tewas.
Kasus baru per hari juga mencatat rekor tertinggi, yaitu 209,000 menurut perhitungan Johns Hopkins. Selain itu jumlah orang yang dirawat di rumah sakit akibat Covid-19 mencatat rekor baru setiap harinya.
Baca Juga: Polemik Vaksin Covid-19: Senjangnya Ketersediaan Vaksin Antara Negara Kaya dan Negara Miskin
Di St. Louis, seorang ahli pernapasan Joe Kowalczyk kepada Associated Press mengatakan, dia menyaksikan satu lantai penuh berisi pasien Covid-19 di rumah sakit tempatnya bekerja, dimana beberapa bahkan harus berisi dua orang dalam satu kamar.
Joe mengatakan suplai ventilator makin sedikit dan suplai medis sangat tipis seorang rekan kerjanya pernah harus menggunakan alat medis BiPAP sebagai ventilator bagi seorang pasien Covid-19.
BiPAP adalah alat untuk merawat pasien penderita Sleep Apnea; gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat tidur. Kondisi ini menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Butuh Kerja Sama Antar Negara di Dunia
Dua kali setiap shift kerja, Joe memeriksa gudang suplai untuk memastikan kecukupan ventilator. Saat dia pulang untuk istirahat, tekanan membuat dirinya sering mengalami mimpi buruk,”Saya tidur dan dalam tidur itu saya sedang bekerja namun semua berjalan salah, lalu saya terkaget, terus terbangun. Mimpi itu sangat jelas dan nyata...Itu sungguh membuat saya takut,” tuturnya lirih.
Saat ini sebuah panel ahli di AS sedang memutuskan apakah akan memberi rekomendasi penggunaan masal vaksin Covid-19 untuk membantu menaklukkan wabah yang telah membunuh hampir 300,000 warga Amerika Serikat.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.