HONOLULU, KOMPAS.TV – Marinir Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS) Mickey Ganitch (101) tengah bersiap untuk bermain dalam pertandingan rugby saat matahari baru saja terbit pada pagi 7 Desember 1941. Namun, peristiwa bersejarah yang terjadi selanjutnya membuatnya batal bermain rugby, dan, masih dalam balutan seragam rugbynya, Ganitch justru sibuk mengamati langit saat pesawat-pesawat Jepang menghujani Armada Pasifik AL AS dengan bom.
Tujuh puluh sembilan (79) tahun kemudian, pandemi virus corona membuat Ganitch dan para penyintas Pearl Harbor lainnya tak bisa menghadiri perayaan tahunan memperingati mereka yang gugur dalam serangan yang memicu AS melancarkan Perang Dunia Ke-2 itu. Sejak pertengahan tahun 2000-an, Ganitch kerap menghadiri peringatan tahunan di Pearl Harbor. Namun tahun ini, karena ancaman kesehatan akibat pandemi, ia terpaksa memperingatinya dari kediamannya di California.
“Inilah yang terjadi. Kita harus mengikuti alurnya,” ucap Ganitch melalui sambungan telepon dari rumahnya di San Leandro, California, seperti dikutip dari Associated Press.
Baca Juga: Marah Dituduh Hina Veteran Perang, Trump Minta Fox News Pecat Wartawannya
Nyaris 8 dekade lalu, tim rugby Kapal Induk Pennsylvania tempat Ganitch bergabung dijadwalkan berhadapan dengan tim Kapal Induk Arizona. Seperti biasa, mereka mengenakan seragam rugby sejak di atas kapal, karena tak ada tempat bersalin di dekat lapangan. Tapi, pertarungan rugby itu tak pernah terjadi.
Serangan udara Jepang dimulai pada pukul 7.55 pagi waktu setempat, dan Ganitch berjuang merayap dari kabinnya menuju pos pertempurannya di ketinggian 21 meter di atas dek utama. Tugasnya adalah mengawasi dan melaporkan segala sesuatu yang mencurigakan.
Ia melihat sebuah pesawat, terbang dari balik puncak sebuah gedung di dekatnya. Para marinir segera mengarahkan senjata kapal dan menembak jatuh pesawat itu.
“Saya di atas sana dan melihat itu,” ujar Ganitch. Penembakan pesawat itu merupakan salah satu serangan balasan terawal.
Kapal Induk Pennsylvania tengah berada dalam perawatan di darat saat itu, yang membuatnya terhindar dari serangan torpedo yang menghantam banyak kapal induk AS hari itu. Kendati begitu, Kapal Induk Pennsylvania kehilangan 31 marinirnya. Ganitch mengisahkan, saat sebuah bom seberat 227 kilogram dijatuhkan dari pesawat Jepang, ia berada hanya sekitar 14 meter dari ledakan bom tersebut!
Ganitch tak punya waktu untuk berpikir. Ia hanya melakukan apa yang harus ia lakukan pada saat itu.
“Saat itu saya menyadari bahwa kami tengah berada di tengah medan perang,” ujarnya.
Baca Juga: Terapi Bagi Para Veteran Militer
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.