WELLINGTON, KOMPAS TV – Ekonomi Australia tumbuh 3.3% pada kuartal ketiga tahun ini, bangkit dari tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Kabar ini muncul menyusul laporan ekonomi resmi Australia yang terbit hari ini.
Seperti dikutip dari Associated Press, Menteri Keuangan Australia Josh Frydenberg kepada wartawan menekankan perjuangan masih panjang, “Resesi di Australia mungkin sudah berlalu, namun pemulihan ekonomi Australia masih jauh,”
Terlepas dari kenaikan pada kuartal ketiga tahun ini, ekonomi negara itu terkontraksi 3.8% sepanjang tahun ini, setelah PDB jatuh sebesar 0.3% pada kuartal pertama tahun ini dan anjlok 7% pada kuartal kedua.
“Namun ekonomi Australia menunjukkan ketahanan luar biasa, dan Australia berada dalam posisi yang sama seperti negara lain di dunia,” lanjut Frydenberg. “Catatan keuangan nasional kita hari ini adalah sebuah langkah besar menuju pemulihan ekonomi Australia,” tegasnya.
Sebelumnya selama 28 tahun, Australia selalu berhasil mengelak dari resesi ekonomi. Bahkan, ekonomi negara itu tumbuh saat krisis finansial dunia, karena kuatnya permintaan dunia akan barang tambang dan ligatnya sektor domestik.
Baca Juga: Pemerintah Indonesia Terima Pinjaman Rp 15 Triliun dari Australia
Para ahli ekonomi Australia melihat angka-angka ekonomi yang muncul hari ini cukup membesarkan hati.
Ben Udy dari Capital Economics kepada Associated Press mengatakan, “kebangkitan pada kuartal ketiga ini membalikkan sekitar 40% penurunan yang terjadi pada paruh pertama tahun ini, dan kita memperkirakan kondisi akan kembali seperti sebelum pandemi pada pertengahan 2021,”
Terlepas dari pandemi, Australia saat ini menjalani hubungan yang penuh onak dan duri dengan China, mitra dagang terbesar Australia.
Menkeu Frydenberg mengungkapkan situasi dengan China “sangat serius” namun pemerintahan Australia memusatkan upaya untuk meraih kesepakatan dengan negara lain di Asia dan di wilayah lain.
“Kami memiliki barang-barang berkualitas tinggi, kami memiliki pelayanan yang prima, kami memiliki sektor sumber daya yang hebat, dan saya sangat optimis akan kesempatan di seluruh dunia bagi kaum eksportir kita,”
Hubungan Australia dan China memburuk minggu ini setelah pejabat China menaikkan tweet foto palsu dari seorang tentara Australia yang memegang belati penuh darah diatas leher seorang anak kecil.
Baca Juga: Sadis, Pasukan Khusus Australia Dituduh Bunuh 39 Napi dan Warga Afganistan yang Tak Bersenjata
PM Australia Scott Morrison memandang gambar itu sebagai “menjijikkan” dan menuntut permintaan maaf dari pemerintah China. Namun China tidak bereaksi.
Postingan itu menyasar dugaan penyiksaan oleh tentara elit Australia selama konflik di Afghanistan.
Hubungan kedua negara menegang sejak pemerintah Australia menyerukan penyelidikan independen tentang asal mula pandemi Covid-19. Sementara itu di pihak lain, China menerapkan tarif dan berbagai pembatasan bagi sejumlah produk ekspor Australia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.