ISTANBUL, KOMPAS.TV - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Mengumumkan lockdown terluas di negara itu, selama pandemi COvid-19. Hal ini dilakukan karena melonjaknya infeksi Covid-19 di Turki.
Dalam lockdown ini, pemerintah memperpanjang jam malam dan melakukan lockdown penuh selama akhir pekan.
Presiden Erdogan mengatakan, jam malam akan diberlakukan pada hari kerja antara pukul 21:00 dan 05:00. Dia juga mengumumkan lockdown total pada akhir pekan, dari pukul 21:00 pada hari Jumat hingga pukul 05:00 pada hari Senin.
Baca Juga: Turki Catat Penularan Harian Tertinggi Kasus Positif Covid-19 setelah Ganti Cara Pelaporan
Dengan tekanan kuat dari komunitas medis dan publik, Turki akhirnya mengumumkan kembali laporan semua tes positif untuk virus corona. Sebelumnya, pemerintah hanya mengumumkan kasus Covid-19 yang bergejala, sedangkan yang tak bergejala tak diumumkan.
Dengan dilaporkannya semua kasus Covid-19, baik yang bergejala atau tidak, kasus harian langsung melonjak drastis hingga sekitar 30.000 kasus. Angka ini menempatkan Turki di antara negara-negara yang paling terpukul di Eropa selama pandemi.
Statistik Kementerian Kesehatan pada hari Senin (30/11/2020), menunjukkan ada 31.219 infeksi baru yang dikonfirmasi dan 188 kematian baru. Kematian harian di Turki telah mencapai rekor tertinggi selama delapan hari berturut-turut. Jumlah ini menjadikan total kematian akibat virus yang diakui di negara itu menjadi 13.746.
Baca Juga: Angka Covid-19 di Turki Cetak Rekor Dua Hari Berturut-Turut
Aturan jam malam baru akan dimulai pada Selasa (1/12/2020). Sektor-sektor seperti produksi, logistik, perawatan kesehatan, pertanian dan kehutanan akan dibebaskan dari jam malam. Sedangkan super market dan layanan pengiriman makanan akan diizinkan beroperasi dalam jam-jam tertentu selama penutupan akhir pekan.
Pada musim semi lalu, Turki memberlakukan penutupan sementara pada akhir pekan dan hari libur untuk melawan penyebaran Covid-19. Namun infeksi dan kematian saat ini telah melonjak melampaui angka di musim semi.
Jam malam yang diberlakukan pada akhir pekan selama dua minggu terakhir, tidak banyak membantu membatasi pergerakan orang. Media-media di Turki masih menunjukkan ruang publik yang padat.
Kemudian Asosiasi Medis Turki mengkritik kebijakan pemerintah dan menyerukan lebih banyak transparansi sejak Maret. Mereka juga mengatakan, sebanyak 20 petugas kesehatan meninggal dalam satu minggu akibat komplikasi Covid-19.
Selain itu, menurut Kementerian Kesehatan Turki, tempat tidur ICU di Turki telah diisi sekitar 71%.
Erdogan juga mengumumkan bahwa orang-orang yang berusia di atas 65 atau lebih muda dari 20 tahun, hanya diizinkan keluar selama tiga jam sehari. Mereka juga tidak akan diizinkan untuk menggunakan transportasi umum. Jika mereka ingin mengunjungi mal, mereka harus menggunakan kode pelacakan kontak.
Baca Juga: Turki Larang Merokok di Area Umum demi Cegah Penyebaran Covid-19
Selain itu, acara pernikahan serta pemakaman dilakukan terbatas untuk 30 orang. Otoritas kesehatan provinsi akan dapat memberikan batasan jumlah orang di mal, pasar, dan ruang publik seperti jalan dan alun-alun.
Erdogan juga mendesak orang-orang untuk berhenti merokok, membuka jendela mereka, dan mematuhi pedoman pemakaian masker dan menjaga jarak sosial.
Prasekolah, pemandian Turki, sauna, panti pijat, kolam renang, dan taman hiburan diperintahkan untuk ditutup. Restoran hanya bisa mengantarkan makanan, dan masyarakat tidak diizinkan untuk mendatangi restoran.
Presiden juga berjanji bahwa 50 juta dosis vaksin Covid-19 akan diberikan secara gratis, dimulai dari petugas kesehatan, yang dijadwalkan akan mendapatkan vaksin bulan depan. Turki telah membuat kesepakatan dengan perusahaan farmasi China, SinoVac, untuk pengadaan vaksin Covid-19 di negara tersebut.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.