WINA, KOMPAS.TV – Aksi penembakan yang menewaskan 4 orang dan melukai lebih dari 20 orang di Wina, Austria, Senin malam (2/11) waktu setempat, seharusnya bisa dicegah, seandainya Austria sigap menindaklanjuti informasi dari intelijen Slovakia empat bulan sebelumnya.
Pada bulan Juli 2020, pihak intelijen Slovakia telah menginformasikan Austria bahwa ada seseorang yang mencurigakan – yang ternyata adalah Kujtim Fejzulai, pelaku penembakan di Wina – dari Austria yang telah mencoba membeli amunisi di Slovakia.
Baca Juga: Situasi di Wina Berangsur Pulih, ISIS Klaim Bertanggung Jawab
Pihak kepolisian Slovakia menyatakan mendapat informasi ini pada musim panas lalu. “Mereka gagal melakukan pembelian (amunisi) itu,” demikian pernyataan pihak kepolisian Slovakia, “dan kami segera mengirimkan informasi ini ke rekan kami di Austria.”
Namun, tampaknya ada sesuatu yang salah dalam penanganan informasi itu di tahap selanjutnya di pihak Austria, hingga akhirnya Austria harus membayar mahal dengan 4 nyawa warganya. Ini diakui Menteri Dalam Negeri Austria Karl Nehammer.
“Ada sesuatu yang salah dengan komunikasi informasi itu di tahap selanjutnya,” aku Nehammer seperti dilansir dari Assoiated Press, Rabu (4/11). Nehammer menambahkan, pihaknya akan mengajukan pembentukan tim independen untuk menyelidiki kesalahan yang terjadi dalam penanganan informasi intelijen itu.
Direktur Keamanan Publik Austria Franz Ruf mengatakan, para pejabat intelijen Austria memang telah menerima informasi itu dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada rekan Slovakia mereka. Namun, katanya, “Tidak jelas apakah proses ini berjalan dengan optimal.”
Baca Juga: Kesaksian WNI di Lokasi Penembakan Wina: Suasana Malam itu Chaos
Sebanyak 14 orang yang terkait dengan pelaku penembakan telah ditahan untuk diinterogasi pada Selasa (3/11) lalu. Nehammer menjelaskan, usia mereka berkisar antara 18 hingga 28 tahun, dan semuanya merupakan keturunan imigran. Beberapa dari mereka tidak memiliki kewarganegaraan Austria.
Kepolisian di Winterthur, kota di Swiss menyatakan telah menangkap dua pria yang disebut-sebut memiliki keterkaitan dengan Fejzulai pada Selasa (3/11).
Ruf menyatakan, pihak berwenang Austria terus mengadakan kontak intensif dengan pihak berwenang Swiss terkait penembakan di Wina.
Sosok Fejzulai
Fejzulai menghabiskan beberapa tahun bersekolah di Wina dan tercatat masih tinggal bersama orang tuanya di kota ini. Pada Agustus 2018, ia mencoba bepergian ke Afghanistan untuk bergabung dengan kelompok teroris ISIS, namun tidak berhasil karena ia tidak memiliki visa. Pada bulan September di tahun yang sama, ia pergi ke Turki dengan harapan bisa mencapai Suriah untuk bergabung dengan ISIS, namun ia justru ditangkap dan ditahan selama berbulan-bulan oleh pihak berwenang Turki sebelum akhirnya dipulangkan kembali ke Austria pada Januari 2019. Saat ia menginjakkan kaki di bandara di Austria, Fejzulai langsung ditangkap pihak kepolisian Austria.
Baca Juga: Pelaku Penembakan di Wina Pernah Mencoba Bergabung Kelompok Teroris ISIS
Fejzulai dibebaskan lebih awal pada Desember 2019 di bawah hukum remaja. Menyusul pembebasannya, Fejzulai rupanya berhasil mengelabui program deradikalisasi dari pengadilan Austria yang dikenakan padanya.
Para tetangga Fejzulai menggambarkan Fejzulai sebagai sosok yang ramah dan sopan.
“Pada Senin – hari yang sama saat ia melakukan penembakan – ia membantu seorang perempuan membawakan tas-tas belanjaannya menaiki tangga,” ucap Herrman Scheerer (58), tetangga Fejzulai.
Kelompok teroris ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan penembakan di Wina. Klaim ini dipublikasikan melalui Aamaq, media propaganda kelompok militan ini. Namun, tidak dijelaskan secara detil keterkaitan antara Fejzulai dan ISIS.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.