WASHINGTON, KOMPAS.TV – Kampanye jelang pemilihan presiden yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, selalu membuat kerumunan dalam jumlah besar. Kampanye-kampanye itu bahkan bisa mengumpulkan ribuan orang.
Yang selalu menjadi perhatian dalam kampanye ini adalah, tidak banyak di antara mereka yang memakai masker dan menjaga jarak sosial.
Kampanye Trump merupakan salah satu acara terbesar di AS yang diadakan di tengah wabah Covid-19.
Kegiatan ini tentu berlawanan dengan saran para ahli kesehatan masyarakat di AS yang mengimbau warga untuk tidak berkumpul di tengah pandemi.
"Tidak peduli siapa pun Anda dan di mana pun Anda berada. Ketika Anda menumpulkan orang, dan tak ada di antara mereka yang memakai masker, itu adalah cara yang sempurna bagi virus untuk menular dan menyebar,” kata pakar penyakit menular terkemuka di AS, Dr. Anthony Fauci seperti dilansir dari Yahoonews.
Kampanye Trump memang biasanya mendistribusikan masker dan pembersih tangan. Mereka mengatakan, massa yang hadir memiliki hak untuk berkumpul.
Presiden Trump pun mengatakan, dia ingin AS segera kembali ke keadaan normal.
Namun demikian, kampanye ini tetap melanggar aturan di beberapa tempat.
Baca Juga: Trump dan Biden Aktif Kampanye Jelang Pilpres Amerika Serikat
Beberapa negara bagian telah mendenda penyelenggara yang menjadi tuan rumah kampanye Trump, karena melanggar batasan ukuran kerumunan. Tapi aksi kampanye tetap saja terus berlanjut.
Amerika Serikat mencatat rekor jumlah infeksi baru yang tinggi pada minggu lalu, yaitu hampir 500.000 kasus. Namun warga tetap menghadiri kampanye Trump beramai-ramai.
Ysabel Benejam (69 tahun) yang berasal dari West Bloomfield, Michigan, berkendara sekitar 90 menit menuju kota Lansing, ibukota negara bagian Michigan.
Dia menunggu selama lebih dari empat jam dalam guyuran hujan dan udara dingin yang menusuk. Dia melakukan ini semua demi menghadiri kampanye Trump, Selasa (27/10/2020).
"Saya tidak takut sama sekali," kata Benejam yang mengenakan topi "Make America Great Again" dan masker bertuliskan "Trump 2020."
"Kita harus kembali ke keadaan normal," tambahnya.
Sebaliknya, Joe Biden dari Partai Demokrat menghindari kampanye yang mengumpulkan banyak orang. Sebagai gantinya, dia mengadakan acara online dan drive-in di mana orang membunyikan klakson untuk menunjukkan dukungan.
Dia menyebut aksi unjuk rasa Trump sebagai "peristiwa penyebar super" (super-spreader events).
Biden mengaku pihaknya mematuhi peringatan para ahli kesehatan masyarakat untuk tidak membuat kerumunan.
Sejak 7 Februari, Trump telah menyelenggarakan lebih dari 50 kampanye di lebih dari 24 negara bagian.
Mereka sempat dihentikan pada bulan Maret, April dan Mei karena pandemi. Setelah itu mereka kembali melanjutkannya pada akhir Juni.
Biasanya kampanye Trump dilakukan di luar ruangan, di dalam kompleks bandara.
Baca Juga: Kampanye Trump Berlanjut di Tengah Ancaman Covid-19
Penggunaan masker yang mereka kenakan seringkali tidak sempurna. Beberapa orang menutupi mulutnya tetapi tidak menutupi hidungnya.
Di akhir pidato Trump yang berlangsung selama satu jam atau lebih, beberapa orang terlihat hanya menggantungkan masker di bawah dagu.
Penyelenggara meminta orang-orang yang duduk di belakang Trump dan kemungkinan besar akan tertangkap kamera, untuk memakai masker. Tetapi mereka tidak selalu mematuhinya.
Pete Kingsley, 80, dari Strasburg, Pennsylvania, tidak mengenakan masker saat menghadiri kampanye Trump di kota Lititz, Senin (26/10/2020).
Dia yakin keberadaan virus corona terlalu dilebih-lebihkan untuk menjegal peluang Trump terpilih kembali, dan juga untuk menghancurkan perekonomian.
"Kalau harus pakai masker, saya akan pakai," katanya. "Jika tidak, saya tidak akan memakainya," ujarnya seperti dilansir dari the Associated Press.
Namun tidak semua penduduk senang akan kedatangan Trump ke kota mereka.
Trump mengadakan kampanye pada 25 September lalu di Newport News, Virginia.
Zach Nayer, seorang penduduk disana kemudian mengumpulkan data daerah tentang kasus virus corona di lokasi kampanye Trump, dari akhir Juni hingga acara di Newport News.
Mereka meninjau jumlah kasus selama 14 hari sebelum dan sesudah kampanye, dan kemudian mempublikasikan temuan mereka di situs berita kesehatan STAT.
Mereka menemukan bahwa lonjakan kasus COVID-19 terjadi di tujuh dari 14 kota tempat unjuk rasa diadakan, yaitu di Tulsa, Oklahoma; Phoenix; Old Forge, Pennsylvania; Bemidji; Mankato di Minnesota; Oshkosh dan di Weston, Wisconsin.
Namun demikian, para peneliti mengakui, bagaimanapun peningkatan kasus ini belum tentu sepenuhnya disebabkan oleh kampanye Trump.
"Kami mengalami peningkatan kasus yang cukup besar dalam enam hingga delapan minggu terakhir," kata Judy Burrows, petugas informasi publik untuk Kementerian Kesehatan di Marathon County, yang mencakup Weston, Wisconsin.
"Ini bukan tentang Trump. Ini bukan tentang Biden atau siapa pun yang mencalonkan diri untuk menjadi Presiden. Masalahnya adalah orang-orang akan pergi ke tempat-tempat di mana ada keramaian. Mereka tidak melakukan hal-hal yang dapat memperlambat penyebaran virus, " ujar Burrows.
Kampanye Trump juga telah membuat kesal pendukung Partai Demokrat. Salah satunya adalah Christopher Gibbs, seorang petani di Maplewood, Ohio.
Pada pemilu 2016 dia memilih Trump, tetapi sekarang dia mengaku mendukung Biden.
Gibbs adalah presiden grup baru bernama Rural America 2020. Ia mensponsori pengadaan puluhan papan reklame di seluruh AS, untuk mengangkat isu-isu penting bagi penduduk desa.
Setelah Trump kembali berkampanye, kelompok tersebut memutuskan untuk menggunakan kembali papan reklame dan menggunakannya untuk memperingatkan penduduk tentang risiko covid-19 dalam kampanye Trump.
Kelompok itu juga memiliki sebuah pesawat. Pesawat ini menarik spanduk panjang di atas Omaha, Nebraska, sebelum kampanye Trump berlangsung disana hari Selasa lalu.
Spanduk itu bertuliskan “Peringatan! Si Penyebar (virus) Super telah hadir di Nebraska. Kenakan masker Anda!”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.