KOMPAS.TV – Pemerintah Jepang dan Amerika Serikat (AS) sepakat pentingnya penguatan aliansi kedua negara untuk stabilitas di kawasan Asia Pasifik.
Hal itu diungkapkan saat melakukan pembicaraan pembaruan perjanjian pembagian biaya pertahanan bilateral kedua negara.
"Kami berniat melanjutkan perundingan dengan memperhatikan lingkungan keamanan kawasan yang semakin parah, dan situasi fiskal negara kami yang tegang," kata Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi pada konferensi pers Jumat (16/10/2020). Seperti dikutip dari Kyodo.
Baca Juga: KBRI Tokyo Luncurkan “JAIPONG” Dashboard Ekonomi Indonesia - Jepang
Jepang dan Amerika Serikat, lanjut Toshimitsu Motegi, perlu merundingkan kembali anggaran Tokyo untuk menampung militer AS dalam lima tahun mulai April 2021.
Jepang tercatat sudah menanggung hampir 200 miliar yen atau 1,9 miliar dolar AS setiap tahun untuk biaya utilitas, biaya tenaga kerja sipil, dan relokasi latihan militer.
Sebagai imbalannya, sekitar 54.000 tentara Amerika yang ditempatkan di Jepang di bawah perjanjian keamanan yang telah berusia puluhan tahun, wajib melindungi sekutu negara itu.
Hal ini terkait dengan peningkatan kekuatan militer China dan Korea Utara. Khususnya dalam pengembangan rudal balistik bersenjata nuklir yang dilakukan China dan Korea Utara.
Baca Juga: Debat Pertama Jelang Pilpres Amerika Serikat Di Tengah Polarisasi Politik
Diperkirakan, dengan pemilihan presiden AS hanya beberapa minggu lagi dan batas waktu penyusunan anggaran awal Jepang untuk fiskal 2021 pada bulan Desember, kedua negara dapat memilih untuk menandatangani kesepakatan satu tahun tentatif atau pengaturan lima tahun yang biasa.
Pembicaraan penuh diperkirakan akan dimulai setelah pemilihan presiden AS pada 3 November.
Menurut sebuah buku oleh John Bolton, mantan penasihat keamanan nasional Trump, yang diterbitkan awal tahun ini, Presiden AS Donald Trump meminta Jepang untuk melipatgandakan kontribusinya menjadi 8 miliar dolar AS setiap tahun.
Sebelumnya pada Juli lalu, Militer AS menyatakan kesiapannya membantu Jepang dalam memantau pergerakan China di sekitar pulau-pulau Laut China Timur yang dikendalikan oleh Tokyo. China mengklaim, bahwa wilayah itu merupakan bagian dari teritorialnya.
Baca Juga: Jepang dan Korsel Awasi Ketat Rudal Balistik Korut
Kapal-kapal Beijing melakukan pelayaran di sekitar wilayah tersebut berkali-kali. Perselisihan atas pulau-pulau Laut China Timur, yang dikenal sebagai Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China, telah berlangsung bertahun-tahun.
Washington menyatakan netral dalam masalah kedaulatan, tetapi berjanji untuk membantu Jepang mempertahankan wilayah itu dari serangan.
Jepang dan AS bersepakat melakukan konsentrasi terbesar pasukan AS di Asia, termasuk kelompok kapal induk, skuadron tempur, dan pasukan amfibi yang ditempatkan di Okinawa. Tercatat ada sekitar 50.000 personel militer dan anggota keluarga dari AS di Jepang. (Andy Lala)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.