YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Artotel Suites Bianti Yogyakarta memamerkan kembali karya pekerja seni di Artspace Lobby Level dalam eksibisi kedua tahun ini.
Sekarang, sembilan lukisan karya seniman muda Anaya Anjar terpampang sejajar pada dinding lobi hotel bagian timur, berlatar tembok warna oranye bolong-bolong, tapi memanjakan mata.
Pameran lukisan solo itu bisa dinikmati masyarakat mulai 9 September hingga 13 November 2022 secara gratis.
KOMPAS TV tiba di Artotel pada Jumat (9/9), sekira pukul 16.00 WIB, jelang dibukanya pameran bertajuk Beauty in The Mundane.
Diiringi hujan lebat sepanjang jalan, sebelum masuk ke lobi hotel, saya meniriskan sisa-sisa air yang menggenangi jas hujan di parkiran bawah tanah.
Sesosok perempuan juga baru saja tiba, sedikit basah kuyup, melakukan hal identik dengan kami bersama rekan prianya.
Tuhan maha adil, hujan agaknya turun merata di tanah Yogyakarta.
Pameran sebenarnya baru akan dibuka mulai pukul 19.00 WIB, tetapi saya mendapat kesempatan berbincang dengan Anaya, sosok yang sempat bersua dengan saya ketika tiba di parkiran tadi.
Wartawan dari sejumlah media, mulai pukul 17.00 WIB, melemparkan beberapa pertanyaan, kepada Naya, sapaan akrabnya, dan Marketing Communications (Marcom) Manager Artotel Suites Bianti Mariam Yulia Rahman.
Benturan Jakarta-Yogyakarta Membawa Naya Memahami Proses "Eksistensi" dan "Menjadi"
Merujuk tema eksibisi, Beauty in The Mundane, saya sempat mengira lukisan yang dipamerkan terkoneksi dengan tembang grup musik Bird of Figment dengan judul serupa. Namun bukan itu kenyataannya.
"Oh enggak, saya malah nggak tahu itu," kata Naya, sembari duduk di kursi kayu beralaskan busa empuk.
Ia menyebut, proses kreatif justru berangkat dari lingkungan sekitar.
"Saya ini asli dari Jakarta, terus ada proses perpindahan tempat tinggal ke Yogyakarta. Di situ, saya merasa ada perbedaan gaya hidup signifkan, antara orang Jogja dengan Jakarta," kata Naya.
"Apalagi lingkungannya, tempat tinggal saya itu di daerah pinggiran, termasuk daerah rural, Sewon," lanjut alumni Institut Seni Indonesia Yogyakarta tersebut.
Naya lantas menegaskan perkara kontras antara tempatnya berkuliah dan situasi ibu kota.
"Secara perumahan, saya masih dekat dengan alam, di tengah-tengah sawah, di banding saat di Jakarta, di tengah ibu kota yang padat, di sebuah gedung apartemen, itu kan beda banget ya. Jadi secara visualisasi, saya kebanyakan inspirasinya dari situ," terang Naya.
Dari sembilan karya yang dipamerkan, lima lukisan ia garap sebelum lulus kuliah, termasuk beberapa di antaranya sebagai hasil tugas akhir. Empat yang lain dibesut sepanjang 2022, selepas mengantongi gelar sarjana.
Baca Juga: Ketika Foto Berbicara: Hidup di Tengah Perang Ukraina
Lukisan Naya minimalis, membentang di atas kanvas bergores cat akrilik, dengan ciri permainan gabungan antara bentang alam dan ruang kosong yang divisualisasikan via warna-warna kontras, tetapi sungguh padu.
"Peran warna yang kontras cukup penting, karena itu memancarkan suasana dari karya yang saya visualisasikan. Jadi membantu (penikmat memahami-red) suasana yang ingin sampaikan," ujar Naya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.