JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Ekonom Bank Permata Joshua Pardede meproyeksi, nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa (8/4) tidak akan sampai pada level Rp17.000 per dolar AS.
Hal itu lantaran Bank Indonesia telah melakukan intervensi di pasar offshote atau non-deliverable forward (NDF).
Adapun pada pembukaan perdagangan Selasa pagi, nilai tukar rupiah melemah sebesar 24 poin atau 0,14 persen menjadi Rp16.846 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.822 per dolar AS.
Baca Juga: Stabilisasi Rupiah, BI Lakukan Intervensi di Pasar Offshore
“BI sudah melakukan offshore intervention. Kalau kita lihat kemarin itu (di pasar) NDF one month-nya dolar rupiah itu sempat Rp17.300. Namun dengan offshore intervention yang dilakukan oleh Bank Indonesia, NDF itu kemarin sempat di bawah Rp17.000,” kata Joshua dalam Breaking News Kompas TV.
“Sehingga harapannya ada peluang juga bahwa untuk spot rupiah hari ini bisa terjaga di bawah Rp17.000 per dolarnya,” tambahnya.
Ia menilai, intervensi BI menjaga stabilitas rupiah juga telah menjaga level confidence dari para investor. Pasalnya, stabilitas nilai tukar rupiah sangat krusial bagi pelaku ekonomi, baik itu eksportir maupun importir.
Baca Juga: Harga Emas Antam Turun Rp4.000 pada Perdagangan Selasa 8 April 2025
Stabilitas nilai tukar rupiah juga sangat penting bagi state budget atau APBN.
“Di mana kalau kita lihat asumsi nilai tukar rupiah di APBN 2025 yaitu di Rp16.000, tentunya setiap ada deviasi sekitar Rp100 per dolar akan bisa mempengaruhi juga dari sisi pelebaran defisit APBN ke depannya,” jelasnya.
“Sehingga tentunya ini yang harus kita perhatikan bersama. Bahwa hari ini di pasar spotnya dibuka tetap di bawah Rp17.000, di kisaran Rp16.800 mengindikasikan bahwa intervention yang dilakukan oleh Bank Indonesia kemarin berhasil,” sambungnya.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.