JAKARTA, KOMPAS.TV- Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, negara-negara ASEAN tidak akan menerapkan kebijakan retaliasi seperti China dalam menghadapi tarif impor Amerika Serikat (AS).
ASEAN akan mengedepankan negosiasi untuk menghasilkan solusi yang menguntungkan kedua pihak. Hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers usai mengadakan pertemuan dengan kalangan pengusaha di Jakarta, Senin (7/4/2025).
Baca Juga: Bursa Saham Kelabakan, Donald Trump Sebut 50 Negara Bujuk AS Tinggalkan Tarif Impor
"ASEAN akan mengutamakan negosiasi jadi ASEAN tidak mengambil langkah retaliasi," kata Airlangga dikutip dari Breaking News Kompas TV.
"Tetapi Indonesia dan Malaysia akan mendorong yang namanya Trade and Investment Framework Agreement (TIFA), karena kita TIFA sendiri secara bilateral ditandatangani tahun 1996 dan banyak isunya sudah tidak relevan lagi," tambahnya.
Seperti diketahui, China membalas kenaikan tarif impor AS dengan mengenakan tarif resiprokal sebesar 34 persen kepada semua produk impor AS, Jumat (4/3/2025). Tarif ini akan berlaku pada 10 April 2025.
Airlangga menyebut, perwakilan dari negara-negara ASEAN akan melakukan pertemuan pada tanggal 10 April, dimana Indonesia akan diwakili oleh Kementerian Perdagangan.
Baca Juga: Trump Diperingatkan Miliuner Pendukungnya untuk Tunda Penerapan Tarif, Bakal Ciptakan Nuklir Ekonomi
Airlangga menjelaskan, pihaknya telah berkomunikasi dengan pemerintah Amerika Serikat, yakni lewat US Trade Representative (USTR). Hasil dari pertemuan awal itu, Indonesia kini tengah menyusun proposal negosiasi yang akan dilaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto.
Selanjutnya, proposal itu akan diajukan ke USTR sebagai langkah konkret negosiasi. Airlangga pun mengungkap sejumlah kebijakan yang akan diambil pemerintah dalam proposal negosiasi tersebut.
Diantaranya adalah penyesuaian tarif impor dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) produk AS yang masuk ke RI. Kemudian peningkatan impor dari Negeri Paman Sam, untuk menekan defisit neraca perdagangan AS-RI yang mencapai 18 milair dolar AS.
Baca Juga: Stabilisasi Rupiah, BI Lakukan Intervensi di Pasar Offshore
Menurut Airlangga, komoditas yang akan ditinjau peningkatan impornya diantaranya gandum, kapas dan produk terkait migas.
"Arahan Bapak Presiden bagaimana defisit daripada impor ekspor kita bisa sampai 18 billion dolar, diisi dengan produk-produk yang kita impor termasuk gandum, cotton, bahkan juga salah satunya adalah produk migas," terang Airlangga.
"Indonesia sendiri dalam proyek strategis nasional akan membangun beberapa proyek termasuk refinery dan mungkin salah satu komponennya kita beli dari Amerika," sambungnya.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.