JAKARTA, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Thailand periode 2001-2006, Thaksin Sinawatra, dipilih sebagai anggota Dewan Penasihat Danantara. Namun, sosoknya yang pernah terlibat kasus hukum menimbulkan kontroversi.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan investor bereaksi negatif terhadap masuknya Thaksin ke Danantara.
“Investor bereaksi negatif ya melihat susunan pengurus Danantara, terutama masuknya Thaksin sebagai Dewan Penasihat,” kata Bhima saat dihubungi Kompas.tv, Senin (24/3/2025).
“Padahal Thaksin punya deretan kasus seperti korupsi dan penghindaran pajak contohnya tahun 2006 saat keluarga Thaksin melepas saham Shin Corp ke Temasek tanpa membayar capital gain tax,” tambahnya.
Menurut Bhima, seharusnya pemerintah mempertimbangkan dengan matang sebelum memilih Thaksin. Namun, justru mengabaikan rekam jejaknya.
Bhima mengungkapkan Thaksin juga pernah terlibat kasus pembelian lahan pemerintah di Bangkok pada 2008.
Baca Juga: Daftar Nama Susunan Pengurus Danantara: Ada SBY, Jokowi, Ray Dalio hingga Thaksin Shinawatra
Pengusaha berusia 75 tahun itu juga pernah jadi buronan pemerintah Thailand selama 15 tahun, sebelum akhirnya pulang kembali pada 22 Agustus 2023 lalu.
Ia menyebut sederet kasus hukum Thaksin itulah yang membuat investor bereaksi negatif terhadap pengumuman susunan pengurus Danantara.
“Distrust (ketidakpercayaan, red) terhadap Danantara makin besar. Pemerintah overconfidence. Seharusnya pemerintah mau mendengar masukan dan menggunakan Danantara untuk memasukkan talenta terbaik, bukannya malah memasukkan politisi,” tuturnya.
Dikutip dari Kompas.id, pada 2008 Thaksin dinyatakan bersalah dan dihukum penjara 8 tahun oleh Mahkamah Agung Thailand atas penyalahgunaan kekuasaan saat menjabat tahun 2001-2006 dan konflik kepentingan.
Pada 22 Agustus 2023, Thaksin pulang kampung ke Thailand setelah 15 tahun tinggal di pengasingan di Dubai.
Baca Juga: Profil Dewan Penasihat Danantara: Ada Ray Dalio, Jeffrey Sachs, hingga Thaksin Shinawatra
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV, Kompas.id, Forbes
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.