Kompas TV ekonomi ekonomi dan bisnis

Survei CELIOS soal Program MBG: Warga Pilih Daging dibanding Susu, Jangan Dibiayai Utang

Kompas.tv - 28 Januari 2025, 15:19 WIB
survei-celios-soal-program-mbg-warga-pilih-daging-dibanding-susu-jangan-dibiayai-utang
Pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis di SD Negeri 12 Sorong Barat, Kota Sorong, Papua Barat Daya, Senin (13/1/2024). (Sumber: KOMPASTV BIRO SORONG )
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV- Lembaga Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menyatakan, 43 persen masyarakat lebih memprioritaskan penyediaan makanan olahan sehat dan daging dibandingkan dengan susu dalam konteks kebutuhan gizi anak-anak, yang ada dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Peneliti CELIOS, Galau D. Muhammad mengatakan, hasil survei menunjukkan, program MBG juga menjadi salah satu faktor yang meningkatkan popularitas pasangan Prabowo-Gibran saat mengikuti Pilpres 2024. Di mana 82 persen responden menyatakan dukungan mereka terhadap pasangan ini karena adanya janji program makan bergizi gratis.

Selain itu, 92 persen keluarga di Indonesia mengakui bahwa mereka masih menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan pangan bergizi bagi anak-anak mereka, menunjukkan urgensi program semacam ini.

Baca Juga: Kandungan Gizi Belalang dan Ulat Sagu, Serangga yang Diusulkan Jadi Menu Makan Bergizi Gratis

Hal itu terungkap dalam Diseminasi Laporan Makan Bergizi Gratis (MBG) seri ke-2 berjudul “Rencana Pemerintah VS Keinginan Masyarakat” dari CELIOS.

“Dengan 43 persen responden menilai makanan olahan sehat sebagai komoditas paling dibutuhkan, jelas bahwa ada kesadaran yang tinggi akan pentingnya makanan yang tidak hanya bergizi, tetapi juga terjamin kesehatannya," kata Galau dalam keterangan tertulisnya, dikutip Selasa (28/1/2025). 

Ia menjelaskan, dari hasil analisis terhadap data mengenai langkah-langkah yang harus diambil untuk memastikan keberhasilan program makan bergizi gratis menunjukkan, kualitas makanan yang baik adalah prioritas utama, dengan 40% responden menyatakan hal tersebut.

Baca Juga: Ingin Daftar Periksa Kesehatan Gratis tapi Sulit Akses SatuSehat? Ini Solusi dari Kemenkes

Menurut Galau, ini menegaskan bahwa masyarakat sangat menginginkan makanan yang tidak hanya mencukupi kebutuhan gizi tetapi juga berkualitas tinggi. 

Sementara itu, mayoritas masyarakat juga menekankan pentingnya pendekatan bertahap dalam pelaksanaan MBG. Sebanyak 69 persen responden menyatakan bahwa program ini perlu dilakukan secara bertahap untuk memastikan efektivitasnya.

"Bukan sekedar bertahap, tapi kesiapan dari partisipasi komunitas dinilai sangat penting oleh 56 persen responden, sementara 53 persen masyarakat mendukung pengelolaan program melalui kolaborasi multistakeholder. Pendekatan ini diyakini dapat mengurangi risiko penyimpangan serta meningkatkan transparansi dan efisiensi pelaksanaan program," ujarnya. 

Baca Juga: Bahlil: Minyak Mentah Bagian Negara Tak Lagi Diekspor, tapi Diproses di Kilang Dalam Negeri

Dalam hal pendanaan, 83 persen responden menekankan bahwa program MBG sebaiknya dibiayai melalui anggaran pemerintah. Peneliti CELIOS, Jaya Darmawan menambahkan, perlunya dukungan terhadap pembiayaan domestik juga tercermin dari 79 persen masyarakat yang menolak keras penggunaan pinjaman luar negeri untuk mendanai program ini, sekaligus menyoroti pentingnya keberlanjutan finansial tanpa utang.

"Anggaran yang besar dan terus bertambah dari MBG harus didanai melalui sumber pendanaan yang tidak berisiko dan tidak mengganggu program prioritas lain. Jangan sampai anggarannya diambil dari anggaran perlinsos, dana pendidikan, dan anggaran di daerah/desa yang signifikan meningkatkan pembangunan manusia secara merata. Apalagi menggunakan skema utang yang membebani APBN di kemudian hari," tuturnya.

Ia menuturkan, sebaiknya pemerintah menggunakan pendanaan dari kebijakan fiskal yang progresif dan adil. Seperti pajak kekayaan, pajak produksi sektor ekstraktif, windfall profit tax sektor ekstraktif dan realokasi anggaran yang tidak efektif seperti Dana Bagi Hasil SDA, anggaran ketertiban dan keamanan yang besar, dan realokasi anggaran food estate.

Baca Juga: BGN Sebut Makan Bergizi Gratis Butuh Tambahan Anggaran Rp100 T untuk 82,9 Juta Penerima Manfaat

Yang menarik, lanjutnya, responden studi membandingkan beberapa alternatif bantuan sosial selain MBG. Program subsidi dalam bentuk uang (20 persen) dan peningkatan kualitas pendidikan (13,8 persen) juga diakui sebagai alternatif yang dapat dipertimbangkan.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat menyadari pentingnya fleksibilitas dalam penggunaan bantuan, di mana keluarga dapat menggunakan dana sesuai dengan kebutuhan mereka, baik itu untuk membeli makanan, membayar biaya pendidikan, atau kebutuhan penting lainnya.

"Masyarakat tampaknya lebih memilih pendekatan holistik yang tidak hanya fokus pada aspek makan bergizi gratis, tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi dan pendidikan, yang merupakan fondasi bagi masa depan anak-anak,” ucap Jaya.




Sumber :

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE



BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x