JAKARTA, KOMPAS.TV - Kasus fraud pada perusahaan rintisan berstatus Unicorn, eFishery, menimbulkan pertanyaan besar. Mengapa sebuah start-up bisa mengelabui para investor venture capital yang notabene para raksasa di bidangnya? Seperti G42 dari Uni Emirat Arab, Temasek dari Singapura, SoftBank dari Jepang, Sequoia Capital India, dan Northstar Pacific dari Indonesia.
Awalnya, dalam laporan keuangan kepada para investor, manajemen eFishery menyajikan data pendapatan sebesar 752 juta dolar AS (Rp12,18 T) dengan keuntungan sebesar 16 juta dolar (Rp259 M) selama sembilan bulan pertama 2024. Namun setelah ditelusuri, ternyata perusahaan yang membuat mesin pemberi pakan ikan dan udang otomatis itu, justru merugi.
Kinerja keuangan eFishery yang sebenarnya yakni hanya memperoleh pendapatan 157 juta dolar AS (Rp2,54 T) dan rugi 35,4 juta dolar AS (Rp573,48 M).
Baca Juga: Balada Fraud eFishery, Lapor ke Investor Pendapatan Rp12,18 T tapi Ternyata Cuma Dapat Rp2,54 T
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menjelaskan, dalam dunia usaha, sangat sering pelaku usaha mempunyai dua laporan keuangan. Laporan internal merupakan laporan riil untuk konsumsi internal perusahaan saja. Sedangkan laporan eksternal digunakan untuk ditunjukkan kepada pemodal ataupun pihak bank.
“Tujuannya adalah pihak pemodal dan perbankan melihat potensi dari perusahaan sehingga mereka mendapatkan suntikan pendanaan,” kata Huda saat dihubungi Kompas.tv, Kamis (23/1/2025).
“Ketika sudah dilakukan audit oleh auditor handal, saya rasa investor VC (venture capital) akan melihat laporan itu saja. Apalagi ini auditornya termasuk big four auditor,” tambahnya.
Baca Juga: Arus Mudik Mepet Libur Idulfitri, Menhub dan Menag Wacanakan WFA 24-27 Maret 2025
Mengutip Straits Times, sebelumnya, eFishery juga telah menggunakan jasa PricewaterhouseCoopers dan Grant Thornton untuk mengaudit hasil keuangan. Namun, kedua firma akuntansi tersebut menolak berkomentar.
Sebelum eFishery, telah ada sejumlah kasus fraud start-up yang cukup besar lainnya, seperti kasus TaniFund, Investree, dan KoinP2P. Huda menyebut, hal itu akan membuat, menurutnya, minat investor mendanai start-up menurun.
“Kenapa setelah eFishery berhasil menjadi unicorn, tapi dia justru ada fraud di dalamnya. Jadi ya pada akhirnya memang membuat persepsi investor akan negatif. Karena persepsi itu, akan menyebabkan pendanaan-pendanaan pasti akan menurun,” ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.