JAKARTA, KOMPAS.TV- Pemerintah Indonesia menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan ExxonMobil, terkait rencana investasi pembangunan fasilitas Carbon Capture and Storage (CCS) dan kompleks petrokimia, dengan nilai investasi mencapai 10 miliar dollar AS.
Penandatanganan MoU dilakukan oleh Deputi Bidang Koordinasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kemenko Perekonomian, Elen Setiadi, dengan Vice President ExxonMobil Chemical International Major Growth Venture, Zoe Barinaga, Rabu (22/1/2025).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga menyaksikan penandatanganan MoU tersebut.
Airlangga mengatakan, investasi itu sejalan dengan komitmen pemerintah menerapkan pembangunan berkelanjutan melalui upaya dekarbonisasi. Upaya tersebut diimplementasikan dengan penerapan yang menjadi salah satu teknologi mitigasi pemanasan global dengan cara mengurangi emisi CO2 ke atmosfer.
Baca Juga: Prabowo Yakin Indonesia Tak Impor BBM Lagi dalam Lima Tahun
“Ini adalah signing daripada MOU, dimana MOU ini salah satu proyeknya adalah Carbon Capture and Storage, dan juga terkait dengan industri di petrochemicals. Plastic dan synthetic fiber, ya seperti itu, terutama plastik,” kata Airlangga dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kompas.tv, Rabu (22/1/2025).
Airlangga menyampaikan, proyek tersebut turut mendukung kebijakan hilirisasi dari Presiden Prabowo Subianto, membantu dalam penciptaan lapangan pekerjaan selama masa konstruksi, serta dapat mengurangi emisi CO2 hingga sebesar 90 persen.
Selain itu, proyek tersebut juga diharapkan dapat menjadi proyek CCS yang dapat beroperasi pertama kali. Airlangga menyebut, ExxonMobil juga berkomitmen untuk melatih tenaga kerja Indonesia agar memiliki kompetensi yang setara dengan standar global. Proyek tersebut juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan bisnis lokal melalui berbagai kemitraan strategis.
Baca Juga: Untuk Efisiensi, Presiden Prabowo Pangkas Anggaran Perjalanan Dinas hingga Rp20 Triliun
“ExxonMobil telah berada di sini selama bertahun-tahun, jadi saya pikir Indonesia bukan sebuah kawasan yang tidak dikenali oleh mereka. Mereka memiliki pengalaman dan operasi yang berhasil di bidang minyak dan gas," ujar Airlangga.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih dan mengucapkan selamat, dan semoga proyek ini bisa dikembangkan dengan cepat,” tambahnya.
Mengutip laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Carbon Capture and Storage (CCS) merupakan salah satu teknologi mitigasi pemanasan global dengan cara mengurangi emisi CO2 ke atmosfer.
Baca Juga: Prabowo Targetkan Seluruh Dusun di Indonesia Dialiri Listrik dalam 5 Tahun, Butuh Dana Rp48 T
Teknologi ini merupakan rangkaian pelaksanaan proses yang terkait satu sama lain. Mulai dari pemisahan dan penangkapan (capture) CO2 dari sumber emisi gas buang (flue gas), pengangkutan CO2 tertangkap ke tempat penyimpanan (transportation), dan penyimpanan ke tempat yang aman (storage).
Pemisahan dan penangkapan CO2 dilakukan dengan teknologi absorpsi yang sudah cukup lama dikenal oleh kalangan industri. Penangkapan CO2 biasa digunakan dalam proses produksi hidrogen baik pada skala laboratorium maupun komersial.
Sementara itu, pengangkutan dilakukan dengan menggunakan pipa atau tanker seperti pengangkut gas pada umumnya (LPG, LNG). Sedangkan penyimpanan dilakukan ke dalam lapisan batuan di bawah permukaan bumi yang dapat menjadi perangkap gas hingga tidak lepas ke atmosfer, atau dapat pula diinjeksikan ke dalam laut pada kedalaman tertentu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.