NUSA DUA, KOMPAS.TV - Konflik di Timur Tengah terutama antara Palestina dan Israel yang belum memiliki tanda-tanda akan berakhir disebut bakal berdampak terhadap perekonomian di Indonesia.
Hal tersebut dikemukakan ekonom senior yang juga merupakan mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014 Muhammad Chatib Basri
Menurut Chatib, konflik antara Israel dan Hamas yang masih berkecamuk hingga saat ini berpotensi menimbulkan risiko ekonomi bagi Indonesia.
Chatib menjelaskan, setidaknya ada tiga risiko yang mungkin akan dialami Indonesia apabila konflik tersebut tidak kunjung berakhir.
Pertama, perang di wilayah Timur Tengah rentan mengakibatkan terjadinya oil war atau perang minyak yang berimplikasi terhadap harga minyak dunia sehingga memengaruhi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia.
“Oil war itu mungkin implikasinya adalah harga BBM. Persoalannya adalah apakah harga BBM nanti akan di-adjust (disesuaikan, red) atau nggak. Jadi yang di-absorb (diserap, red) adalah subsidinya,” kata Chatib dalam acara Regional Chief Economist Forum di Nusa Dua, Bali, dikutip dari Antara, Jumat (8/12/2023).
Baca Juga: Kemlu Dukung Langkah Sekjen PBB Aktifkan Pasal 99 demi Tekan DK PBB Paksa Gencatan Senjata di Gaza
Risiko yang kedua, lanjut Chatib, yaitu pengaturan subsidi BBM akan menimbulkan defisit pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang meningkat. Bahkan, ia memproyeksikan apabila kebijakan subsidi BBM diterapkan, maka tingkat inflasi akan naik sekitar 4 persen.
Dan risiko ketiga yang akan terjadi yakni kenaikan harga beras. Menurut Chatib, hal itu akan sangat memengaruhi masyarakat Indonesia, termasuk dalam aspek penyaluran bantuan sosial dari pemerintah.
“Oleh karena itu BLT, bantuan sosial jadi penting. Dari subsidi BBM, apalagi bantuan sosial tentunya, maka pengelolaan APBN akan sangat penting di sini,” ucap Chatib.
Selama operasi serangan militer Israel di Gaza sejak 7 Oktober lalu, pejabat di Gaza mengatakan setidaknya 17.177 orang telah tewas, di mana sekitar 70% adalah perempuan dan anak-anak.
Sementara itu, lebih dari 46.000 orang menjadi korban luka dan sebanyak 1,9 juta orang diperkirakan telah mengungsi di Gaza.
Gaza juga mengalami krisis kemanusiaan dengan kurangnya kebutuhan dasar seperti makanan, air, tempat tinggal yang layak, fasilitas sanitasi, dan perawatan medis, menurut PBB.
Baca Juga: Tidak Ada Privasi, Air, dan Pembalut: Perempuan di Palestina Terpaksa Gunakan Pil Penunda Haid
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.