JAKARTA, KOMPAS.TV- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan perang antara Israel dengan Hamas di Palestina tidak akan berhenti dalam waktu dekat.
Kesimpulan itu ia dapat setelah menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Arab Saudi beberapa waktu lalu.
"Saya selalu ingin menghadiri konferensi, summit, pertemuan-pertemuan internasional karena memang ingin mendengar ini sebetulnya mau lari ke mana. Perangnya masih lama atau besok bisa berhenti, dampaknya apa terhadap ekonomi kita," kata Jokowi saat berbicara dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta, Rabu (29/11/2023) malam.
Baca Juga: Kekejaman Tentara Israel: Tembak Mati Bocah Palestina Berusia 8 Tahun di Tepi Barat
"Sehingga sampai dua minggu saya datang ke Arab Saudi dua kali, dalam dua minggu dua kali. Saya hanya ingin mendengar konflik perang di Gaza ini akan seperti apa, konflik Israel-Palestina ini akan sampai kapan, karena yang hadir saat itu 57 negara. Tetapi, di akhir summit, saya dalam hati menyimpulkan bahwa memang perangnya tidak mungkin disetop dalam waktu dekat," ujarnya.
Jokowi pun meminta semua pihak untuk bersiap menghadapi dampak perang, baik di Palestina maupun yang terjadi antara Rusia-Ukraina.
Ia menyebut meski perang tersebut lokasinya jauh dari Indonesia, dampaknya akan merembet ke mana-mana. Seperti gangguan rantai pasok global, lonjakan harga pangan dan lonjakan harga energi.
Baca Juga: Jokowi Ingatkan Perbankan soal Kredit Usaha: Kok Peredaran Uangnya Makin Kering?
Kemudian Jokowi juga mengingatkan dampak dari perubahan iklim terhadap perekonomian Indonesia. Salah satunya, pembatasan ekspor pangan oleh 22 negara. Padahal Indonesia belum bisa memenuhi sejumlah kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri.
"Dulu yang namanya impor beras, semua negara menawarkan. Saya punya stok, saya punya stok, saya punya stok, sekarang 22 negara setop ekspor dan membatasi ekspor pangan," ujarnya.
Di sisi lain, Jokowi juga mengapresiasi kerja keras bersama yang membuat ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di kisaran 5 persen.
Hal itu jadi kebanggaan tersendiri saat Jokowi bertemu dengan kepala negara lainnya. Di mana pertumbuhan ekonomi Malaysia 3,3 persen, Amerika 2,9 persen, Korea Selatan 1,4 persen, EU/Uni Eropa 0,1 persen.
Baca Juga: Di Kasus Cukai, Pemerintah Sebut Sanksi Denda Lebih Jera Dibanding Pidana
Tapi mantan Wali Kota Solo itu mengingatkan agar perbankan jangan malas menyalurkan kredit ke dunia usaha.
"Meskipun kalau kita lihat kadang-kadang di bawah, saya tadi sampaikan ke Pak Gub, 'Pak Gub, saya mendengar dari banyak pelaku-pelaku usaha, ini kelihatannya kok peredaran uangnya makin kering di pelaku-pelaku,'" tuturnya.
"Saya mengajak seluruh perbankan memang harus prudent, memang harus hati-hati, tetapi tolong lebih didorong lagi kreditnya, terutama bagi UMKM. Jangan semuanya ramai-ramai membeli yang tadi saya sampaikan ke BI maupun ke SBN (surat berharga negara), meskipun juga boleh-boleh saja, tapi agar sektor riil bisa kelihatan lebih baik dari tahun yang lalu," ucapnya.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.