JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, perubahan iklim telah membuat Indonesia kesulitan mendapatkan pasokan beras. Lantaran, produksi dalam negeri berkurang, dan negara lain juga menyetop ekspor beras.
Jokowi mengatakan, hal itu adalah salah satu dampak perubahan iklim yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Pernyataan tersebut dilontarkan Jokowi dalam Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), di Jakarta, Selasa (7/11/2023).
"Dulu kita kalau ada perubahan iklim ya hanya dalam kata-kata, tapi sekarang sudah nyata. Kekeringan hampir di semua negara sekarang ini terjadi, panas bumi yang naik, gelombang panas. Kita ada tujuh provinsi kemarin kekeringan, sehingga produksi beras kita menurun, semuanya merasakan," kata Jokowi dikutip dari Breaking News Kompas TV.
Baca Juga: Horee, Tiket Kereta Mudik Natal dan Liburan Tahun Baru Sudah Bisa Dipesan!
"Sehingga, kalau dulu kita mau impor beras, semua negara menyodorkan, “Pak, kami punya sekian juta ton, kami punya, kami punya". Sekarang ini mau impor beras, tanya ke Pak Zulkifli Hasan, sulit mencari barangnya, semua negara ngerem, tidak ekspor beras untuk menyelamatkan rakyatnya masing-masing," lanjutnya.
Ia menyebut saat ini ada 22 negara produsen beras yang membatasi ekspornya. Sehingga, hal ini jadi pelajaran bagi Indonesia agar menjadikan ketahanan pangan sebagai fokus di masa depan.
Sebelumnya, pemerintah memutuskan untuk memperpanjang pemberian bantuan sosial (bansos) beras 10 kg hingga Juni 2024. Tadinya, bansos tersebut hanya diberikan sampai November 2023.
Bantuan beras 10 kg itu akan diberikan kepada 22.004.077 penerima manfaat melalui Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH), kemudian sebanyak 1.446.809 untuk keluarga rawan stunting (KRS) pada 2024.
Baca Juga: Pengumuman! Pemerintah Perpanjang Bansos Beras 10 Kg sampai Juni 2024
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.