JAKARTA, KOMPAS.TV - Meskipun umat Islam di China berasal dari kelompok etnis minoritas seperti Hui, Uighur, dan lainnya, suasana keislaman sangat kental.
Wakil Duta Besar RI untuk China Dino R Kusnadi mengatakan nilai-nilai tradisional keislaman tetap sama. Namun, cuaca dan kultur budaya yang sedikit berbeda dengan di Indonesia.
“Tahun yang lalu saya pernah berkunjung ke Xinjiang, memang bukan suasana Lebaran, tapi dari segi religi keIslaman tetap sama, mereka melaksanakan ibadah bersama, namun kulturnya lebih dekat ke Asia tengah,” kata Dino dilansir dari Antara, Rabu (13/4/2022).
Dino juga menceritakan roti panggang, mi gandum, serta yoghurt menjadi hidangan khas warga minoritas Muslim di China saat berbuka puasa bulan Ramadan.
Baca Juga: Cerita Umat Kristen di Palestina Berbagi Takjil untuk Buka Puasa
“Kuliner saat berbuka puasa, itu yoghurt, roti panggang, roti canai, mi khusus terbuat dari gandum, ayam berkaldu dan roti itu disobek dan dimasukkan ke dalam kuahnya itu, manis-manisan ada, kurma menjadi makanan pembuka,” Dino R Kusnadi menjelaskan.
Ia mengungkapkan umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa, shalat, maupun ibadah lainnya di China mendapat dukungan oleh masyarakat sekitar yang menghormati umat Muslim.
“Saya merasakan sekali kenyamanan dan dilindungi sekali,” ujar Dino.
Baca Juga: Umat Muslim dan Kristen Bethlehem Sebulan Penuh Bagikan Makanan Berbuka Puasa untuk Warga Miskin
Pada masa pandemi Covid-19, lanjut dia, masjid-masjid tidak menggelar shalat tarawih. Masjid dan tempat ibadah lainnya ditutup untuk menghindari penyebaran virus corona.
“Kompleks masjid disarankan untuk tidak dibuka dahulu dan ibadah itu dilakukan secara pribadi di rumah masing-masing,” kata Dino.
Ketika ditanya mengenai penyelenggaraan Shalat Idul Fitri di kompleks KBRI Beijing, Dino mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu saran dari majelis taklim dan belum ada putusan mengenai hal tersebut.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.