KOMPAS.TV - Agoda melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 1.500 pegawai dari 30 negara.
Pemangkasan ini setara dengan 25 persen total pegawai di platform pemesanan tiket tersebut.
CEO Agoda John Brown mengatakan, keputusan PHK karyawan ini merupakan yang pertama dan terakhir kali dilakukan dalam rangka menjaga kesehatan keuangan di tengah pandemi Covid-19.
Baca Juga: Beda Dari Yang Lain, Perusahaan Ini Pekerjakan Ratusan Korban PHK
Brown mengakui, pemangkasan karyawan merupakan langkah yang sangat berat.
Namun, menurutnya, tidak ada cara lain untuk menjaga operasional perusahaan di tengah pandemi Covid-19.
Sebelumnya, Agoda telah melakukan berbagai langkah efisiensi merespons anjloknya permintaan pasar.
Brown bahkan memutuskan untuk tidak menerima gaji hingga akhir tahun ini.
"Hari ini, kami mengumumkan perlunya melakukan penghematan yang lebih besar untuk memastikan bahwa Agoda dapat mengatasi krisis ini dan bersiap untuk jangka panjang," ujar Brown melalui email, dikutip dari Skift, sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Selasa (19/5/2020).
Lebih lanjut Brown menyebutkan, pihaknya perlu melakukan pemangkasan untuk beradaptasi dengan industri perjalanan pasca Covid-19.
Baca Juga: Tekan PHK, Warga Berusia di Bawah 45 Tahun Boleh Beraktivitas Lagi
Adapun mayoritas karyawan yang dipecat tersebut berasal dari bagian kelompok pengalaman pelanggan, IT, keuangan, dan layanan mitra.
"Secara alami, dimana beban kerja tim didorong oleh volume adalah yang paling terpengaruh," kata Brown.
Selain melakukan perampingan, Agoda juga memangkas gaji pimpinan senior sebesar 20 persen mulai Juni mendatang.
Sebagai informasi, Agoda bukan satu-satunya situs pemesanan tiket yang melakukan perampingan di tengah pandemi Covid-19.
Sebelumnya, situs serupa, Kayak dan OpenTable memutuskan untuk memecat dan merumahkan 400 karyawannya.
Baca Juga: Ashanty Kritik Perusahaan Besar PHK Karyawan: Keluarin Dulu Lah Tabungan Owner
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.