JAKARTA, KOMPAS.TV - Percepatan belanja negara dan stimulus fiskal ditempuh agar imbas virus corona tak menyeret ekonomi domestik terlalu dalam. Tak sekadar cepat, stimulus harus efektif.
Guna menghadang perlambatan ekonomi kuartal pertama, pemerintah mempercepat belanja negara.
Salah satunya adalah bantuan sosial dana desa.
Tak hanya itu, stimulus ekonomi digelontorkan, diantaranya.
Menambah insentif kartu sembako. Menambah subdsidi bunga perumahan.
Serta, pembebasan pajak hotel & restoran di 10 destinasi wisata.
Saat belanja negara begitu deras, sebaliknya penerimaan negara dari pajak diproyeksi tak akan sekencang yang diharapkan.
Hal ini dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi dunia dan dampak virus corona di negara mitra dagang Indonesia.
Fitch solutions group, memperkirakan defisit anggaran tahun 2020 bakal mencapai 2,5 persen terhadap produk domestik bruto.
Meski melebar, angka ini masih di bawah batas aman 3 persen.
Padahal, tahun ini pemerintah memasang angka defisit 1,76 persen dari PDB. Lebih rendah dari 2 tahun sebelumnya.
Stimulus fiskal sangat urgen, untuk mengimbangi kebijakan moneter bank Indonesia. Tak sekadar dipercepat, belanja pemerintah harus efektif.
Potensi pelebaran defisit APBN 2020, tengah dihitung oleh Pemerintah.
Tak hanya Indonesia, langkah melebarkan defisit anggaran negara untuk menjaga perekonomian juga ditempuh beberapa negara lainnya termasuk Singapura dan Korea Selatan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.