KOMPAS.TV - Hobi bisnis tanaman tampaknya semakin digemari masyarakat, terlebih lagi belakangan ini tanaman porang tengah menjadi perbincangan hangat.
Betapa tidak, tanaman porang dinilai bisa menjadi bisnis yang menggiurkan. Tak tanggung-tanggung, omzetnya mencapai miliaran rupiah.
Apa itu Tanaman Porang?
Dilansir dari Kompas.com, Rabu (5/2), porang merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang dulunya hampir tak dilirik untuk dibudidayakan. Bahkan di beberapa daerah, porang sering dianggap sebagai makanan ular.
Umbi dari porang banyak dicari di pasaran luar negeri, seperti Jepang dan Korea. Tepung umbinya dipakai sebagai bahan baku kosmetik dan obat.
Di Madiun, semenjak dibudidayakan petani dari tahun 1970-an, porang menjadi komoditas tanaman perkebunan yang menjanjikan bagi petani setempat.
Harga porang iris kering terus melonjak dari tahun ke tahun. Hal inilah yang menjadikan banyak petani banting setir menanam porang.
Harian Kompas, 7 Mei 2013, melaporkan bahwa hampir semua hasil umbi porang di Madiun diekspor sebagai bahan baku ramen atau mi tradisional Jepang. Termasuk untuk bahan konyaku dan kosmetik.
Namun, petani di Madiun menjual dalam bentuk umbi basah sehingga harganya rendah, sekitar Rp 2.500 per kilogram (kg). Setiap 1 hektare tanaman porang menghasilkan umbi basah hingga 16 ton, atau mendatangkan penghasilan sekitar Rp 40 juta.
Bisnis Menggiurkan
Pendapatan yang diterima petani lebih besar bila bisa memberikan nilai tambah pada umbi porang. Caranya dengan mengolah jadi chips (irisan tipis) atau tepung. Chips porang dihargai hingga Rp 27 ribu per kg dan tepung porang dihargai hingga Rp 600 ribu per kg. Petani porang di Madiun pun menerima bantuan tiga alat pengolah porang jadi chips dari pemerintah pusat.
Beberapa petani bahkan kaya-raya berkat tanaman ini. Salah satunya Paidi. Petani porang asal Madiun yang sebelumnya berprofesi sebagai pemulung ini menjadi miliarder berkat porang. Kesuksesannya tak dibawa sendiri, dia juga mengajak petani-petani di kampung halamannya menanam porang.
Dia menceritakan bahwa awal mula perkenalannya dengan porang saat dia bertemu temannya di Desa Klangon, Kecamatan Seradan, Kabupaten Madiun. Di daerah itu, banyak petani membudidayakan porang.
Nah, berbekal informasi di internet, porang ternyata banyak dicari perusahaan-perusahaan besar dunia. "Setelah saya cek, ternyata porang menjadi bahan makanan dan kosmetik yang dibutuhkan perusahaan besar di dunia," ungkap Paidi dikutip dari Kompas.com (12/6/2019).
Melihat peluang yang besar, dirinya lantas berinisiatif menanam porang di kampung halamannya. Porang rupanya tumbuh subur di lahan perbukitan di desanya meski ditanam di bawah pohon jati.
Dalam satu hektar, Paidi bisa memanen umbi porang hingga 70 ton. Selain itu, di Jawa Timur, mulai banyak bermunculan pabrik pengolahan porang untuk diekspor.
Ditanya omzet yang ia dapatkan dari pengembangan porang di Desa Kepel, Paidi mengatakan sudah mencapai miliaran rupiah. "Sudah di atas satu miliar," kata Paidi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.