JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memperkirakan defisit APBN 2024 makin menurun ke angka 2,16 hingga 2,64 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Perkiraan tersebut lebih rendah dari defisit APBN 2023 yang berada di angka 2,83 persen atau sebesar Rp598,2 triliun.
“Untuk tahun depan, kita perkirakan defisit makin menurun pada level 2,16 hingga 2,64 persen dari PDB dengan primary balance mendekati nol,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (20/2/2023).
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Tertinggi dalam 10 tahun, Sri Mulyani: Alhamdulillah
Dalam kesempatan itu, Menkeu menjelaskan sejumlah program prioritas yang akan dilaksanakan di akhir masa jabatan Jokowi dan Ma’ruf Amin, yakni penurunan kemiskinan ekstrem hingga 0 persen dan penurunan stunting 3,8 persen.
Untuk melaksanakan program tersebut, diperlukan upaya tambahan dan alokasi anggaran untuk 2023 dan 2024. Berkaitan dengan hal itu, pemerintah perlu meningkatkan dukungan investasi agar dapat terus meningkat.
Selain itu, penggunaan insentif fiskal dalam bentuk tax holiday, super tax deduction untuk riset dan vokasi, hingga tax allowance dalam rangka untuk mendukung berbagai transformasi industri.
“Terutama yang berbasis sumber daya alam, yang memperkuat ekosistem industri otomotif yang berbasis elektronik, elektrik, dan baterai,” jelas Sri Mulyani.
Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Anggaran Kemiskinan Tidak Habis untuk Rapat, tapi Diberi Langsung ke Rakyat
Selain itu, pemerintah akan berfokus pada infrastruktur untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing perekonomian Indonesia.
“Dengan landasan itu, maka pada tahun depan kita perkirakan anggaran akan dijaga, di satu sisi pendapatan negara akan tetap tumbuh dengan tax ratio yang terus meningkat," papar Sri Mulyani.
"Dan belanja negara yang akan dijaga secara disiplin namun dengan prioritas sesuai dengan agenda nasional."
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.