JAKARTA, KOMPAS.TV - Salah satu cara mengelola keuangan yang sedang diminati adalah investasi. Sayangnya, peminat investasi di Indonesia tak sebanding dengan kemampuan literasi finansial masyarakatnya.
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2019 menunjukkan indeks literasi keuangan sebesar 38,03 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 76,1 persen. Hal ini menunjukkan masyarakat Indonesia secara umum belum memahami dengan baik karakteristik berbagai produk dan layanan jasa keuangan.
Joice Tauris Santi, Certified Financial Planner dan Jurnalis Kompas.id, dalam siniar CUAN bertajuk “Obrolin Investasi ke Orangtua” yang dapat diakses melalui dik.si/CUAN_Orangtua, juga menambahkan kalau hal itulah yang membuat banyak orang terjerat ke dalam investasi bodong.
Tingkat literasi atau pemahaman cuma 3,8 persen. Meski yang terpapar banyak tapi yang paham itu minim soal produk keuangan. Kalau pasar modal yang paham cuma lima orang jadi banyak orang yang mudah diiming-imingi karena mereka belum paham perihal investasi
Investasi bodong ini pun kerap menjerat orang tua. Sebab, mereka masih belum paham bagaimana cara mengelolanya dengan baik. Selain itu, orang tua juga tak mengenal instrumen investasi dan risiko-risiko di baliknya. Alhasil, mereka pun lebih banyak meraup kerugian.
Tak hanya itu, maraknya promosi token kripto oleh para artis dengan iming-iming pengembalian yang lebih besar turut membuat banyak orang tua tertarik. Padahal, mereka belum mengerti bagaimana cara bermain kripto yang benar.
Baca Juga: 9 Investasi Bodong hingga 88 Pinjol Ditutup, Korban Bisa Lapor ke Kontak Berikut
Apalagi, saat masa pandemi, banyak orang kehilangan penghasilan sehingga membutuhkan uang cepat untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Banyak dari mereka yang tak tahu kalau token-token tersebut belum terdaftar secara resmi.
Itu sebabnya, orang tua juga perlu diberikan edukasi perihal investasi.
Dalam memberikan edukasi kepada orang tua perihal investasi, kita perlu lebih memahami mereka. Itu sebabnya, berbicaralah secara pelan-pelan dan hati-hati karena orang tua biasanya perlu waktu lama untuk memahami sesuatu.
Bila perlu, aturlah percakapan antara anak dan orang tua saat keduanya sedang berada di waktu senggang. Setelah itu, bukalah dengan percakapan ringan.
Mulailah mengenalkan investasi yang biasa dilakukan orangtua. Misalnya, jika senang menghimpun emas, ajarkan cara investasi emas yang tepat. Kita juga bisa mengenalkan tempat-tempat menjual emas yang tepercaya.
Jika sama sekali belum memulai investasi, kita bisa menanyakan seberapa besar pendapatan dan uang yang akan disisihkan untuk berinvestasi. Hal ini sangat penting dilakukan agar porsi uang untuk berinvestasi dan kebutuhan sehari-hari terpisah. Sebab, investasi harus dilakukan dengan uang dingin.
Setelah mengenalkan instrumen investasi yang dekat dengan mereka, kita bisa mulai mengenalkan instrumen investasi lainnya secara bertahap, misalnya reksa dana pasar uang. Saat mengenalkannya, kita bisa mengungkapkan kelebihan, kekurangan, risiko, jangka waktu, dan besar return-nya.
Baca Juga: Indra Kenz Divonis 10 Tahun Penjara atas Kasus Investasi Bodong, Lebih Rendah dari Tuntutan Jaksa
Apabila kita sudah pernah mencoba, akan lebih baik menjelaskannya dengan contoh berupa pengalaman anak sebagai buktinya. Contohnya, jika sudah mendapatkan hasil dari investasi reksa dana, kita bisa menjelaskan berapa besar return-nya.
Ingin tahu lebih lanjut tips mengajarkan investasi ke orang tua? Yuk, langsung saja dengerin siniar CUAN episode “Obrolin Investasi ke Orangtua” bersama Joice Tauris Santi yang dapat diakses melalui https://dik.si/CUAN_Orangtua.
Di sana, ada banyak pula informasi seputar keuangan yang bisa menambah literasi finansialmu. Tunggu apalagi? Ikuti siniarnya sekarang juga agar kalian tak tertinggal tiap episode terbarunya!
(Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.