BEIJING, KOMPAS.TV- Pesawat jet buatan China, selangkah lagi akan bisa digunakan untuk penerbangan komersil berbagai maskapai. Commercial Aircraft Corporation of China, perusahaan pengembang C919, mendapatkan sertifikat dari Administrasi Penerbangan Sipil China (Civil Aviation Administration of China/CAAC) untuk melakukan penerbangan komersial.
Sertifikasi itu berarti desain C919 dianggap sudah memenuhi standar kelaikan udara dan persyaratan lingkungan. Namun sebelum bisa digunakan oleh maskapai penerbangan, C919 harus mengantongi dua sertifikat lainnya dalam proses sertifikasi kelaikan udara.
Hal itu merupakan langkah prasyarat yang harus dilewati pesawat sipil untuk masuk ke pasar. Purwarupa C919 sukses melakukan penerbangan perdananya pada 2017. Dalam lima tahun berikutnya, C919 melakukan enam uji terbang di sejumlah lokasi berbeda untuk menguji kemampuan pesawat itu.
Baca Juga: Inflasi AS Turun karena Harga BBM, Inflasi China Disumbang Kenaikan Harga Daging Babi
Salah satu negara yang akan menjadi pembeli pesawat tersebut adalah Nigeria. Negara di Afrika itu tengah mempertimbangkan untuk membeli C919.
Menteri Penerbangan Nigeria Hadi Sirika mengatakan, maskapai penerbangan nasional Nigeria Air berencana untuk memiliki hingga 30 pesawat pada 2025. Sejauh ini, maskapai baru tersebut akan memiliki campuran koleksi pesawat, yaitu Airbus dan Boeing.
Namun, ia menambahkan bahwa maskapai itu juga ingin melihat kemungkinan memiliki jet berbadan ramping buatan China tersebut.
"Kami belum melihat C919. Tapi kalau sebagus yang lainnya, kenapa tidak," kata Sirika seperti dikutip dari Antara, Senin (3/10/2022).
Baca Juga: Susul Ekuador, China Turunkan Harga Bensin dan Solar, Sepanjang 2022 Sudah 2 Kali
"China dan Nigeria memiliki hubungan yang bersahabat dan saling menghormati serta membawa manfaat bersama," ujarnya.
Pesawat C919, yang dirancang untuk bersaing dengan model-model lorong tunggal buatan Airbus dan Boeing, akan dikirimkan pada akhir tahun ini kepada para pemesan.
Perusahaan menyatakan C919 memiliki 28 pelanggan dengan total pesanan 815 pesawat. Sementara itu, belum ada kejelasan soal kapan pesawat itu bisa disertifikasi oleh Amerika Serikat atau Eropa, yang artinya akan membuka jalan bagi penjualan di sebagian besar pasar asing.
Baca Juga: Menhub: Bangga Indonesia Jadi Negara Pertama di ASEAN yang Punya Kereta Cepat
Para analis industri mengatakan masih dibutuhkan waktu hingga satu dasawarsa sebelum China bisa secara serius menangani dominasi ganda, Boeing-Airbus.
Selama berpuluh-puluh tahun, China telah memberikan pinjaman miliar dolar bagi Afrika untuk membangun jalan, pembangkit listrik, dan jalan raya.
Nigeria, negara paling padat penduduk di Afrika, merupakan pengimpor utama barang-barang China yang nilainya mencapai hingga 23 miliar dolar AS (sekitar Rp349,41 triliun) pada 2021.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.