JAKARTA, KOMPAS.TV- Nilai tukar rupiah menembus angka Rp15.200 pada perdagangan Kamis (29/9/2022) per dollar AS. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satunya adalah karena kekhawatiran para investor, terutama investor di negara maju terkait dengan agresivitas dari suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat.
"Dan itu yang menyebabkan faktor kedua yaitu adanya resiko resesi ekonomi yang melanda secara global baik negara maju negara berkembang. Sehingga investor cenderung mengalihkan asetnya kepada aset yang lebih aman atau aset yang berdenominasi pada dolar AS," kata Bhima kepada reporter Kompas TV Cindy Permadi, Kamis (29/9).
Tingginya permintaan terhadap dollar AS bisa dilihat dari indeks atau perbandingan antara mata uang dolar AS dengan 6 mata uang utama dunia lainnya. Dimana indeks dollar tercatat sebesar 114 .
Baca Juga: Beda dari Resesi Ekonomi, RI Pernah Alami Krisis Ekonomi Parah pada 1998
Menurut Bhima, penguatan dollar akan terus berlanjut. Ia menyarankan pemerintah untuk segera mengantisipasi pelemahan nilai tukar karena akan membuat barang-barang impor menjadi lebih mahal.
"Baik biaya bahan baku maupun juga barang jadi atau barang konsumsi itu akan mengalami kenaikan. Kemudian spesifik lagi adalah bahan pangan karena pangan ini merupakan yang paling fundamental," ujar Bhima.
"Dimana sebagian ketergantungan impor pangan Indonesia cukup besar. Gula, garam, bawang putih kedelai, gandum, ini yang mengalami kenaikan dan bisa memicu terjadinya imported inflation atau inflasi karena biaya impor menjadi lebih mahal," sambungnya.
Ia menambahkan, hal di atas tentu akan menekan daya beli masyarakat dan membuat prospek pemulihan ekonomi menjadi terganggu.
Baca Juga: Bujet Bulanan Menipis karena Harga-harga Naik, Ini Daftar Investasi dengan Modal Kecil
Sumber : KompasTV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.