JAKARTA, KOMPAS.TV- Presiden Jokowi menyatakan, pembangunan infrastruktur di desa turut andil dalam mewujudkan swasembada pangan. Ia mencontohkan, pembangunan bendungan pelaksanaannya tidak mudah di lapangan.
Namun dengan adanya bendungan, irigasi sawah menjadi lancar dan akhirnya meningkatkan jumlah panen. Hal itu ia sampaikan, dalam wawancara khusus oleh Pimpinan Redaksi Harian Kompas, Sutta Dharmasaputra di ruang Veranda Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (14/8/2022), yang terbit hari ini, Selasa (16/8/2022) .
"Yang paling penting itu, fokus dan terarah, sehingga bisa tepat pada sasaran. Itu gila-gilaan kerjanya di lapangannya. Misalnya, membangun bendungan itu bukan urusan mudah," kata Jokowi dikutip dari Kompas.id, Selasa (16/8/2022).
Baca Juga: Jokowi Soal Kesiapan Upacara 17 Agustus 2024 di IKN: Kalau Memungkinkan Kenapa Tidak?
"Dari situlah muncul, panen yang biasanya satu tahun sekali, kini dua kali. Yang biasanya dua kali menjadi tiga. Ini orang nggak menghitung, padahal dampak dari bendungan sebanyak 4.500 embung dan 1,1 juta hektar irigasi yang dibangun ini, secara nggak langsung munculnya di swasembada (pangan) ini. Kita kan nggak nyangka secepat ini juga," lanjutnya.
Di hari yang sama saat wawancara berlangsung, Indonesia mendapatkan penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI). Penghargaan itu diberikan atas keberhasilan sistem ketahanan pangan Indonesia, terutama dalam hal swasembada beras.
Penghargaan untuk sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan swasembada beras tahun 2019-2021 melalui penerapan inovasi teknologi pertanian.
Baca Juga: Subsidi Energi Tembus Rp502 T, Jokowi: Enggak Ada Negara Seberani Kita
Jokowi melihat penghargaan itu sebagai sebuah apresiasi atas konsistensi Indonesia mewujudkan swasembada pangan.
"Selama tiga tahun berturut-turut, produksi beras kita sudah di 31,3 juta ton. Konsistensi ini yang dilihat oleh FAO (organisasi Pangan dunia) dilihat IRRI, bahwa betul-betul kita memiliki sebuah ketahanan pangan yang baik," ujar Jokowi.
Presiden pun lantas mengabsen peningkatan produksi pangan Indonesia dan berkurangnya impor komoditas pangan tertentu.
"Jagung pun mereka lihat. Dulu kita impor 3,5 juta ton per tahun. Tahun ini, kita hanya impor kira-kira 800.000-an ton. Turunnya drastis banget. Belum (lagi) banyak bahan-bahan pangan kita kembangkan," ucapnya.
"Sorgum sekarang mulai kita tanam di NTT, kemudian porang produksinya naik terus, kemudian sagu mulai kita kerjakan di Sorong selatan. Ini banyak yang tidak lihat tapi sudah kita mulai. Saya kira, hasilnya akan secepatnya. Namun, untuk ketahanan pangan yang paling sulit kita kendalikan hanya satu, (yakni) perubahan iklim," terang Jokowi.
Baca Juga: Pertalite dan Solar Diduga Langka, Antrean Pengisian BBM Terjadi di SPBU Grogol Petamburan
Selain ketahanan energi, Presiden Jokowi menyoroti pentingnya sebuah negara memiliki ketahanan pangan. Pasalnya, jumlah warna dunia yang akan kekurangan pangan dan kelaparan akan terus meningkat.
"Dari sisi pangan, ini yang menurut saya akan lebih mengerikan nanti, karena diperkirakan 345 juta penduduk dunia berada pada kondisi kekurangan pangan dan kelaparan," tutur Jokowi.
"Kalau dunia tidak bisa menyelesaikan, bisa naik ke 800 juta. Nanti (kalau) dunia tak bisa mengatasi lagi, kita bisa masuk ke 2 miliar lebih (warga kelaparan)," tambahnya.
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.