JAKARTA, KOMPAS.TV – Tidak ada definisi standar terkait perbedaan antara resesi dan depresi ekonomi. Namun, depresi ekonomi biasanya digambarkan sebagai kondisi anjloknya perekonomian yang lebih parah dan berlangsung dalam waktu yang sangat lama atau berbulan-bulan lamanya.
Melansir Kompas.com, perbedaan depresi dan resesi ekonomi bisa dilihat dari level penurunan produk domestik bruto (PDB) dan jangka waktunya.
Depresi artinya memburuknya kondisi ekonomi yang lebih parah daripada resesi.
Sedangkan resesi terjadi saat PDB turun di kisaran minus 0,3 sampai 5,1 persen. Sementara saat depresi, penurunan PDB berada di level minus 14,7 persen hingga 38,1 persen.
Jika dilihat dari jangka waktunya, lamanya resesi berlangsung selama minimal dua kuartal berturut-turut hingga 18 bulan lamanya. Sementara depresi ekonomi bisa berlangsung lebih dari 18 bulan.
Baca Juga: Dampak Inflasi AS: Picu Kenaikan Harga Barang Dalam Negeri hingga Ancaman Resesi
Secara riil di lapangan, depresi bisa dilihat saat angka pengangguran meningkat karena pertumbuhan ekonomi yang minus dalam waktu yang panjang.
Dilihat dari skalanya, pengertian resesi dan depresi ekonomi juga berbeda. Resesi sering kali terbatas pada satu negara. Sedangkan depresi biasanya cukup parah dan bisa berdampak secara global.
Indonesia pernah mengalami resesi pada 1998 yang berujung tumbangnya kekuasaan Presiden Soeharto atau Orde Baru.
Resesi terbaru di Indonesia terjadi pada 2021 atau setelah PDB merosot dalam kuartal berturut-turut usai diterpa pandemi Covid-19.
Baca Juga: Apa itu Resesi? Berikut Penjelasan dan Faktor Penyebabnya
Sumber : Kompas TV/Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.