JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, ada wacana subsidi BBM juga akan diberikan kepada Pertamax di masa depan, karena lebih ramah lingkungan. Hal itu sesuai dengan peta jalan atau roadmap upaya pemerintah mengurangi emisi karbon.
"Subsidi BBM ada roadmap, dulu yang disubsidi Premium maka masyarakat pindah ke Pertalite karena RON lebih tinggi sehingga emisinya bisa kita kurangi. Sekarang yang disubsidi RON 90, itu pengurangan karbon emisinya besar," ungkap Nicke saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Rabu (6/7/2022).
Mengacu pada roadmap net zero emission di tahun 2060, pemerintah kemungkinan akan menjadikan Pertamax sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) seperti Pertalite dan Premium sebelumnya.
Seperti diketahui, semakin tinggi RON BBM, semakin kecil dampaknya terhadap lingkungan.
Baca Juga: Dirut Pertamina Sebut Pertamax Mestinya Dijual Rp17.950/Liter, Selisihnya Tidak Diganti Pemerintah
“Road map pemerintah mensubsidi bahan bakar yang ramah lingkungan, maka roadmap berikutnya adalah pertamax jadi ada roadmapnya tidak serta merta pindah,” ujar Nicke.
Namun Nicke tidak mengatakan kapan wacana tersebut akan direalisasikan. Untuk saat ini, Pertamax masih termasuk BBM non subsidi. Harga keekonomian Pertamax saat ini sebesar Rp17.950 per liter. Tapi Pertamina menjual Rp12.500 per liter, sehingga ada selisih Rp5.450 setiap liter nya.
Menurut Nicke, selisih harga itu tidak diganti oleh pemerintah.
“Jadi kalau pertanyaannya adakah yang sekarang kita masih jual di bawah harga keekonomiannya dan tidak diganti oleh pemerintah ada, yaitu Pertamax,” ucapnya.
Baca Juga: Lengkap, Ini Lokasi Pendaftaran Offline MyPertamina tanpa Smartphone
Ia mengatakan, Pertamina harus menanggung selisih tersebut dari keuntungan yang didapat dari kegiatan bisnis lainnya. Yaitu sektor hulu yang memang tengah cuan besar, mengikuti harga minyak mentah dunia yang tinggi saat ini.
"Harga pembelian migas naik, Pertamina untung 2 miliar dollar AS atau Rp29,3 triliun, karena Pertamina terintegrasi dari hulu ke hilir. Ketika harga migas naik kita di hulu dapat keuntungan windfall," ujarnya.
Namun, Nicke menyebut belum ada rencana menaikkan harga Pertamax lagi.
"Kita ini masih mencoba menahan dengan harga Rp12.500 per liter karena kita juga pahami kalau Pertamax kita naikkan setinggi ini maka shifting ke Pertalite akan terjadi dan ini akan menambah beban negara," tutur Nicke.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.