JAKARTA, KOMPAS.TV - Dewan direksi Twitter telah mengeluarkan "rencana hak pemegang saham" baru yang disebut poison pill untuk memblokir tawaran pembelian yang diajukan Elon Musk.
Dalam siaran persnya, rencana tersebut diadopsi “mengikuti proposal yang tidak diminta dan tidak mengikat untuk mengakuisisi Twitter".
Dilansir dari The Verge, langkah ini dalam dunia keuangan dikenal sebagai poison pill atau pil racun.
Manuver ini akan menghalangi pengambilalihan yang tidak bersahabat dengan memberikan hak kepada pemegang saham tertentu untuk membeli lebih banyak saham jika orang luar mencoba mengambil alih kendali.
Rencana tersebut dengan kuat menunjukkan bahwa dewan Twitter bermaksud untuk melawan tawaran Musk untuk mengambil alih kepemilikan perusahaan.
CEO Twitter Parag Agrawal sebelumnya mengatakan kepada karyawan bahwa perusahaan masih mengevaluasi tawaran Musk.
Dewan juga merinci rencana tersebut masih dalam pengajuan ke Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat (AS). Rencana tersebut akan tetap berlaku selama satu tahun.
Pada 4 April , pengajuan SEC mengungkapkan bahwa Musk telah mengumpulkan 9 persen saham di Twitter, menjadi pemegang saham individu terbesar perusahaan.
Baca Juga: Heboh, Elon Musk Umumkan Tawaran Ambil Alih Paksa Twitter Senilai Rp617 Triliun
Musk kemudian tiba-tiba mundur dari kursi di dewan perusahaan. Karena, sebagai anggota dewan, Musk akan dibatasi untuk memiliki tidak lebih dari 15 persen saham kepemilikan.
Kemudian, Kamis (14/4/2022) kemarin, Musk mengajukan kepada SEC tawarannya untuk mengambil alih perusahaan.
Musk mengkritik kemungkinan tindakan dewan terhadap kesepakatan kemarin, dengan mengatakan "akan sangat tidak dapat dipertahankan untuk tidak mengajukan tawaran ini kepada suara pemegang saham."
Musk juga mengatakan bahwa dia "perlu mempertimbangkan kembali posisinya sebagai pemegang saham" jika tawarannya untuk mengakuisisi tidak berhasil. Ia menyatakan hal itu dalam pengajuan SEC di mana dia mengumumkan tawaran pengambilalihan yang tidak bersahabat untuk Twitter.
Musk belum menjelaskan rencananya untuk Twitter, tetapi secara luas diyakini melibatkan pelonggaran kebijakan moderasi platform, yang telah menjadi sumber konflik dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam sebuah wawancara di konferensi TED di Vancouver , Musk mengatakan motivasi utamanya adalah untuk mempertahankan posisi Twitter sebagai platform kebebasan berbicara.
"Twitter telah menjadi semacam alun-alun kota de facto," ujar Musk.
“Perasaan intuitif saya yang kuat adalah bahwa memiliki platform publik yang dapat dipercaya secara maksimal dan inklusif secara luas adalah sangat penting,” katanya.
Baca Juga: Elon Musk Mau Beli 100 Persen Saham Twitter, Pasang Harga Segini
Sumber : The Verge
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.