JAKARTA, KOMPAS.TV- Pelita Air Service (PAS) tahun ini akan bergabung dengan holding aviasi dan pariwisata, atau PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney). Sehingga, PAS tidak lagi berada di bawah naungan manajemen Pertamina.
PAS diharapkan bisa mengisi kekosongan jumlah pesawat di tanah air, akibat maskapai merugi selama pandemi.
"Airlines ini kita akan melakukan launching airlines di medium service tahun 2022 ini yaitu Pelita Air Service, kita akan masuk ke dalam medium service airlines," kata Direktur Utama InJourney Dony Oskaria dalam Rakernas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Rabu (8/2/2022).
"Kita harapkan ini akan mengisi kekosongan jumlah airlines atau jumlah pesawat yang akan menghubungkan Indonesia pasca pandemi ini, di mana banyak airlines menghadapi turbulensi. Kita harapkan dengan kehadiran Pelita Air Service ini tidak mengganggu jumlah trafik, yang nanti mengisi melakukan mobilitas," ujarnya.
Baca Juga: Beredar Kabar Garuda Temui Kemnaker Soal PHK Karyawan, Dirut: Belum Ada Agenda
Pelita Air awalnya hanya melayani penyewaan pesawat (air charter) saat didirikan pada tahun 1970, dengan nama Permina Air Service.
PAS berdiri di bawah manajemen langsung Pertamina, untuk memenuhi kebutuhan transportasi internal perusahaan. Lalu dikembangkan menjadi maskapai yang menyediakan layanan penyewaan pesawat bagi perusahaan lain.
Kini Pelita Air berada di bawah manajemen PT Pelita Air Service (PAS). Pada perkembangannya, di awal dekade 2000-an, Pelita Air mencoba melakukan layanan penerbangan umum domestik dengan nama Pelita AirVenture, tetapi ditutup setelah 2 tahun.
Pelita Air Service kini memiliki basis udara (air base) di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, dan memiliki Bandar Udara Pondok Cabe. Saat ini Pelita Air memiliki 32 armada.
Baca Juga: Erick Thohir Tunjuk CEO Dentsu Jadi Direktur Marketing InJourney, Ini Alasannya
Di sisi lain, Garuda Indonesia belum masuk dalam holding aviasi dan pariwisata. Garuda ditargetkan baru bisa bergabung dengan InJourney pada 2023.
Dony menjelaskan, Garuda masih punya masalah finansial yang masih harus dibenahi. Dari sisi permodalan, Garuda sudah negatif. Dia mengkhawatirkan jika Garuda masuk ke dalam anggota holding sebelum menyelesaikan restrukturisasi, justru akan memengaruhi keuangan anggota holding lainnya yang sudah sehat.
“Kalau dilebur sekarang akan menguras seluruh perusahaan yang sehat. Ditargetkan pada 2023 selesai proses restrukturisasi dan bergabung dengan kita," ujar Dony pada Senin (13/12/2021).
Baca Juga: Pemerintah Tunjuk 3 BUMN Garap Revitalisasi Bandara Halim Senilai Rp600 M
Dony optimistis restrukturisasi Garuda bakal berjalan lebih baik dengan dukungan dari Kementerian BUMN. Selain maskapai pelat merah tersebut, PT ITDC juga baru menyusul bergabung dengan holding setelah mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) dari pemerintah.
"Secara finansial, perusahaan-perusahaan yang belum bergabung karena finansial belum disatukan, tapi dalam manajemennya sudah dilakukan di bawah holding," tuturnya.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.