JAKARTA, KOMPAS.TV- Otoritas Jasa Keuangan menyatakan, pertumbuhan inklusi keuangan di Indonesia belum dibarengi dengan pertumbuhan literasi keuangan masyarakat. Sehingga, banyak masyarakat yang tidak memahami secara jelas produk keuangan yang digunakan.
Dewan Komisioner Bidang Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tirta Segara mencontohkan, banyak masyarakat yang punya banyak uang namun menjadi korban investasi bodong.
Begitu juga anak muda yang asal mengambil produk investasi karena mengikuti influencer idola mereka di media sosial.
"Banyak kita dapati mereka alami kerugian karena teperdaya janji-janji manis yang dilontarkan influencer ketika mau berinvestasi," kata Tirta dalam gelaran Indonesia Financial Expo & Forum (IFEF) 2021 yang digelar Kontan, Senin (27/9/2021).
Baca Juga: Isi Rekening Tiba-tiba Hilang? Simak Tips Aman Transaksi Perbankan dari OJK
"Kembali, ini mengapa literasi keuangan bagi kaum milenial, pemuda, ini sangat penting tambahnya," ujarnya.
Mengutip Bank Dunia, inklusi keuangan adalah kondisi di mana individu dan pengusaha mempunyai akses mudah terhadap produk dan layanan finansial.
Dengan begitu, berbagai kebutuhan ekonomi seperti tabungan, pembayaran, transaksi, kredit, hingga asuransi pun dapat terakomodasi secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Sedangkan literasi keuangan adalah kemampuan untuk mengetahui dan memahami cara menggunakan uang untuk kebutuhan sehari-hari, produk layanan perbankan hingga investasi. Jika seseorang punya literasi keuangan yang baik, dia akan tahu cara terbaik menggunakan uang yang dimilikinya.
Berdasarkan hasil survei OJK, rata-rata tingkat literasi keuangan nasional hanya sebesar 38 persen.Sementara, tingkat inklusi nasional mencapai 76 persen.
Baca Juga: Waspadai Pengambilalihan Nomor Ponsel Lewat SIM Swap, Ini Tips Mencegahnya
Sementara tingkat literasi pada rentang usia 26-35 tahun, berada di atas rata-rata nasional, yakni sebesar 48 persen. Tapi angka tersebut masih di bawah tingkat inklusi keuangan pada rentang usia tersebut, yakni sebesar 82 persen.
"Jadi sama saja, ini masih ada gap yang cukup dalam bahwa mereka yang sudah mengakses tidak dibekali literasi yang memadai," ucap Tirta.
Tirta menjelaskan, OJK tengah berupaya memperluas target edukasi keuangan agar menjangkau semua kalangan. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan platform digital.
"Selama pandemi, OJK telah melakukan shifting ketika melakukan pendekatan keuangan," tuturnya.
Acara IFEF 2021 berisi serangkaian acara bertema investasi, yang dihelat sejak 27 September hingga 25 Oktober 2021. Seminar bertajuk "WAKE UP CALL: Building Neo Economy Society" menjadi pembuka IFEF 2021.
Seminar tersebut menghadirkan sejumlah pembicara yakni Dewan Komisioner OJK Tirta Segara; Gita Wirjawan pengamat dan dosen kebijakan publik; Darmawan Junaidi, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan Rachmat Kaimuddin CEO PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).
Baca Juga: Simak Tips Terhindar dari Kejahatan Siber "Phising" yang Bisa Curi Data Pribadi
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.