JAKARTA, KOMPAS.TV – PT Bukalapak.com Tbk akan memfokuskan pelayanan konsumen yang berada di luar kota besar. Hal ini juga akan membedakan dengan marketplace atau loka pasar daring lainnya.
"Fokus kita di luar kota-kota besar, itu yang kita fokuskan di Bukalapak. Saat ini kita punya infrastruktur yang kuat untuk mendukung strategi itu yaitu online marketplace dan 8 juta warung mitra Bukalapak. Mungkin ini strategi yang berbeda dengan teman-teman kita yang pure online marketplace," ujar Chief Executive Officer PT Bukalapak.com Tbk Rachmat Kaimuddin pada jumpa pers Jumat (9/7/2021) lalu.
Rachmat menyampaikan, pihaknya tidak hanya membangun layanan daring, tapi juga layanan luring dan jembatan dari layanan daring ke layanan luring.
Melalui loka pasar daring, konsumen bisa mencari apa saja yang dibutuhkannya, namun penggunaannya masih dominan dilakukan di kota-kota besar sehingga dibutuhkan penghubung antara layanan daring dan layanan luring.
Baca Juga: Bukalapak Melantai di Bursa Efek Indonesia
Pihaknya akan melakukan digitalisasi warung dengan membuat aplikasi untuk warung. Nantinya, warung dapat memesan barang kelontong dengan harga lebih baik dan akan diantarkan secara gratis.
"Ini tentu pelayanan yang baru juga buat mereka. Biasanya kalau barang habis, mereka harus tutup warung dan pergi ke pasar. Dengan aplikasi ini, apalagi pandemi gini, mereka bisa pesan. Jadi sangat bermanfaat lah buat mereka. Adopsinya cukup tinggi di 2020," jelas Rachmat.
Selama 11 tahun perkembangannya, Bukalapak memiliki model bisnis yang terbukti sehat. Pada 2020, total processing value (TPV) perseroan mencapai Rp 85 triliun. Hingga 31 Desember 2020, jumlah pengguna yang terdaftar sebanyak 104,9 juta.
Adapun dari TPV tersebut, sekitar 70 persen transaksi berasal dari kota-kota di luar wilayah tier 1. Menurut Rachmat, hal tersebut mengindikasikan fokus Bukalapak dalam hal pemerataan ekonomi nasional.
Rachmat mengatakan, Bukalapak bertumbuh dengan performa finansial yang terus meningkat, strategi bisnis yang efektif, dan didukung oleh potensi pasar yang besar. Dari 2018 hingga 2020, rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) pendapatan perseroan mencapai 115 persen.
Pada 2020, pendapatan Bukalapak sebesar Rp1,35 triliun.
Perseroan memiliki rekam jejak program online to offline (O2O) yang dikenal dengan nama Mitra Bukalapak yang telah terbukti menunjukkan hasil yang bertumbuh secara signifikan. Pertumbuhan pendapatan mitra Bukalapak dari 2018 hingga 2020 lebih dari 1.200 persen.
Per akhir Desember 2020, jumlah mitra yang terdaftar sebanyak 6,9 juta dengan pertumbuhan penjualan per mitra setelah bergabung mencapai tiga kali lipat, berdasarkan estimasi internal perusahaan
Baca Juga: "Unicorn" Masuk di Bursa Efek Indonesia Tandai Bukalapak Tetap Kompetitif
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.