JAKARTA, KOMPAS.TV – Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi mulai beroperasinya pabrik Hot Strip Mill 2 (HSM 2) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Menurut Erick, pabrik baru ini menjadi transformasi PT Krakatau Steel dalam memenuhi kebutuhan baja dalam negeri.
Terlebih, pabrik baru tersebut telah berhasil melakukan produksi perdana Hot Rolled Coil (HRC) yang berkapasitas 1,5 juta ton per tahun.
Baca Juga: Wamen BUMN Pahala Mansury: Optimalisasikan Aset Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel
“Dengan beroperasinya Pabrik HSM 2 Krakatau Steel mampu memenuhi kebutuhan baja dalam negeri, sehingga akan mewujudkan kemandirian industri baja nasional. Hal ini akan berkontribusi terhadap penghematan cadangan devisa negara mencapai Rp29 triliun,” ujar Erick dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/5/2021).
Pabrik dengan investasi mencapai USD521 juta atau setara Rp7,5 triliun ini merupakan pabrik baja yang menggunakan teknologi terbaru dan tercanggih yang mulai dibangun pada 2016.
Pabrik ini menghasilkan produk baja HRC dengan spesifikasi tertentu untuk melengkapi produk yang dihasilkan oleh pabrik HSM 1 Krakatau Steel yang sudah beroperasi dari tahun 1983.
Salah satu jenis produk yang menjadi keistimewaan pabrik baru ini adalah HRC untuk kebutuhan otomotif dan pabrik ini adalah pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan ketebalan HRC dengan rentang 1,4 mm hingga 16 mm dengan lebar mulai dari 600 mm hingga 1.650 mm.
Baca Juga: Erick Thohir Pecat Seluruh Direksi Kimia Farma Diagnostika Buntut Kasus Tes Antigen Bekas
Terpisah, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menjelaskan teknologi dan sistem terbaru yang dimiliki Pabrik HSM 2 mampu meningkatkan efisiensi produksi.
Menurut Silmy, total penghematan biaya operasional bisa mencapai 25 persen dari pabrik HSM pada umumnya
“Ini karena penurunan konsumsi energi dan penggunaan tenaga kerja yang lebih optimal,” ujar Silmy Karim.
Baca Juga: Industri Asuransi Terdampak Pandemi, BUMN Indonesia Re Cari Terobosan Agar Bisa Bertahan
Silmy menambahkan, melalui pabrik HSM 2 ini, kapasitas produksi HRC Krakatau Steel bertambah menjadi 3,9 juta ton per tahun sehingga dapat menekan impor HRC yang mencapai 0,9 sampai 1,9 juta ton per tahun.
Sedangkan kebutuhan baja HRC/Plate nasional mencapai 4,8 sampai 5,3 juta ton per tahun.
“Atas dasar data tersebut, artinya kebutuhan HRC sudah dapat dipenuhi oleh pabrikan dalam negeri,” ujar Silmy Karim.
Pabrik baru ini sudah disiapkan untuk mengantisipasi peningkatan kapasitas produksi sampai dengan 4 juta ton per tahun.
Dengan demikian, dalam pengembangannya nanti investasi yang dibutuhkan lebih rendah dibandingkan dengan investasi pabrik kompetitor di dalam dan luar negeri.
Baca Juga: Dituduh Rugikan Negara Rp 10 T, Ini Jawaban Dirut Krakatau Steel
Penyelesaian pembangunan pabrik ini yang semula direncanakan beroperasi pada awal 2020 sempat tertunda karena adanya pandemi Covid-19.
Kendala yang dihadapi saat itu adalah pada tahap commissioning dikarenakan kesulitan dalam mendatangkan teknisi dari luar negeri.
Pabrik HSM 2 ini dibangun oleh konsorsium bersama SMS Group Jerman dan PT Krakatau Engineering.
Baca Juga: Jokowi Prihatin Industri Baja Masih Impor
“Kita bersyukur akhirnya proyek HSM 2 ini bisa selesai karena dengan dioperasikannya pabrik ini akan semakin memperbaiki kinerja Krakatau Steel, terlebih saat ini terjadi peningkatan harga baja dunia pada 6 bulan terakhir,” ujar Silmy.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.