JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, defisit APBN hingga Februari 2021 sebesar Rp 63,6 triliun atau 9,36% terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit ini lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp61,8 triliun.
Defisit terjadi akibat penerimaan negara yang lebih kecil dari belanja negara. Pendapatan negara hingga Februari 2021 tercatat sebesar Rp 219,2 triliun atau 12,6% dari target APBN 2021. Angka ini tumbuh 0,7% dibandingkan tahun lalu sebelum terjadi pandemi COVID-19.
"Belanja negara Rp 282,7 triliun atau tumbuh 1,2% dibanding periode yang sama tahun lalu," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual Selasa (23/03/2021).
Baca Juga: Fitch Pertahankan Peringkat Utang Indonesia di Level Investment Grade
Pendapatan negara sebesar Rp 219,2 triliun terdiri dari penerimaan pajak Rp 146,1 triliun atau 11,9 % dari target, kepabeanan dan cukai Rp 35,6 triliun atau 16,6% dari target, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp 37,3 triliun atau 12,5% dari target, dan hibah Rp 0,1 triliun.
"Pendapatan negara kita sudah tumbuh positif dan kita akan terus menjaga serta memperhatikan perkembangan ini secara hati-hati dan terus akan mendukung dan mengaskelerasi pemulihannya,” ujar Menkeu.
Baca Juga: Belanja Negara Capai Rp 266 T di Februari, Sri Mulyani: APBN Bekerja Sangat Keras
Sedangkan belanja negara yang mencapai Rp 282,7 triliun terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp 179,7 triliun, yang terbagi ke belanja kementerian/lembaga Rp 97 triliun dan belanja non K/L Rp 82,7 triliun.
Kemudian ada transfer ke daerah dan dana desa Rp 103 triliun. Dengan rincian transfer ke daerah Rp 99,2 triliun dan dana desa Rp 3,8 triliun.
Baca Juga: Neraca Perdagangan RI Januari 2021 Surplus, Tapi Kalau Sama China Tetap Defisit
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.