JAKARTA, KOMPAS.TV – Harga tempe dan tahu diprediksi mengalami kenaikan 20 hingga 30 persen.
Hal ini imbas dari aksi mogok produksi para produsen tempe dan tahu anggota Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta yang dilakukan mulai 31 Desember 2020.
Aksi mogok ini merupakan bentuk protes produsen tempe dan tahu atas tingginya harga kedelai. Mereka sepakat menghentikan produksi untuk kemudian kompak menaikkan harga ketika beroperasi kembali.
Baca Juga: Awal Tahun 2021 Tempe dan Tahu Terancam Langka
Sekretaris Puskopti DKI Jakarta Handoko Mulyo dalam surat nomor 01/Puskopti/DKI/XII/2020 mengimbau agar para produsen tempe dan tahu dapat menghitung secara cermat biaya produksi menyusul kenaikan harga kedelai dari Rp 7.200 per kilogram menjadi Rp 9.200 per kilogram.
“Kita harus kompak menaikkan harga tempe dan tahu minimal 20-30 persen," tulis Handoko, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (2/1/2021).
Aksi mogok produksi ini diikuti sekitar 5.000 UKM produsen tempe dan tahu anggota Puskopati. Dalam surat tersebut rencananya aksi mogok produksi akan berakhir pada Minggu (3/1/2021) malam.
"Mulai aktivitas jualan lagi malam Senin tanggal 3 Januari 2021 dan seterusnya normal kembali dengan harga tempe tahu sudah naik minimal 20 persen, maksimal 30 persen," jelas Handoko.
Baca Juga: Produksi Tempe Yogyakarta Jalan Terus di Tengah Aksi Mogok Awal Tahun
Dalam melaksanakan aksi mogok produksi ini, Puskopati dalam suratnya mengimbau agar para produsen tidak melakukan tindakan melanggar hukum.
"Apabila para produsen tempe tahu ada yang tidak mengindahkan seruan surat tersebut diatas dan mengakibatkan kerugian pada orang lain den melanggar hukum, semua menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing," kata Handoko.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.